Saturday, December 25, 2010

POTRET SEBUAH KELAS DI JERMAN

Oleh Nikmah Nurbaity SPd


Setelah dua tahun proyek Cyber Classroom atau ruang kelas maya , pembelajaran lewat internet Asia Eropa dilaksanankan di SMA 7 Purworejo, kembali pada tahun 2004 proyek dengan judul NDOLALAK HAMBO terpilih menjadi finalis Cyberclass Asia Eropa dan harus dipresentasikan di Gromitz Jerman pada Konferensi Guru Internasioanl IV .
SALAH satu acara dalam konferensi guru internasional ke V di Jerman tanggal 27 September sampai 1 Oktober 2004 adalah mengunjungi sekolah di Gromitz , sebuah kota kecil sekitar dua jam dengan mobil dari Hamburgh Jerman. Sekolah yang kami ( saya dan Bapak Nur Aziz , SMA 1 Purworejo ) kunjungi adalah Sekolah Dasar di Gromitz. Ada yang sangat berbeda yang menarik sekali untuk saya sampaikan , yang barangkali bisa memberi inspirasi untuk melaksanakan proses belajar mengajar di kelas.

Sebuah sekolah dasar yang kami kunjungi mempunyai bangunan yang sangat tua , dibangun tahun 1800an, tetapi kokoh dan indah. Seorang wanita bercelana jeans , memakai T shirt dan jaket hitam menyambut kami. Ternyata beliau kepala sekolahnya . ( tidak berpakaian dinas atau seragam ). Beliau membawa kami mengelilingi bangunan sekolah . Hal pertama yang menarik perhatian saya ( sambil menahan hawa yang sangat dingin karena suhu 15 derajat celcius ,di Indonesia 29 sampai 32 derajat Celsius rata rata setiap hari ) adalah sebuah arena bermain bagi siswa , ada di samping bangunan sekolah. Arena itu dipakai untuk jam tertentu, berupa sebuah tempat dengan tanah dan pasir, batang batang pohon dan gundukan tanah seperti bukit kecil. Berarti pada saat bermain di tempat itu siswa benar benar bercampur dengan tanah dan alam., natural atau alami sekali. Seperti arena melaksakan OUTBOND , dirancang begitu alami .

Yang ke dua , di sekolah dasar tersebut ada ruang ruang yang mempunyai fungsi sendiri sendiri. Antara lain bengkel kayu. Sebuah ruang penuh dengan alat alat pertukangan seperti bor, obeng, bahan bahan kerja berupa kayu kayu bahkan mesin mesin bubut. Bayangan saya bagaimana siswa Sekolah Dasar bekerja dengan alat lalat tersebut. Ternyata di bengkel itu dipamerkan portofolio anak berupa hasil proyek. Apa yang dibuat para siswa ? mereka membuat mobil mobilan dengan alat alat yang sesungguhnya. Mereka membuat prakarya sesuai umur mereka , seperti membuat mobil dari kayu, meja kecil, bangku mainan dll tetapi mereka belajar menggunakan alat alat pertukangan yang sesungguhnya. Benar benar menunjukkan life skill yang perlu bagi kehidupan. Ada 1 ruang lain kegiatan ketrampilan, siswa siswa membuat keset dari kain. Mereka mrnganyam pilinan kain menjadi keset pintu. Saya sempat heran , di negara semaju Jerman anak anak SD masih diberi pelajaran ketrampilan membuat keset. Di sebelahnya ada ruang computer , anak anak SD kelas satu praktik menggunakan computer satu satu, sangat kontradiktif dengan ruang sebelah untuk membuat keset, mencelup atau mewarnai kain, melukis dan ketrampilan manual lain.


Di ruang yang lain sekelompok siswa kelas dua ada di ruang musik , semua siswa sekitar 20 siswa memegang catatan lagu, guru di tengah memainkan gitar dan mereka menyanyi bersama. Mereka duduk melingkar mengitari ibu guru mereka. Ibu guru yang masih muda bercelana jeans ber T shirt dan duduk di kursi yang agak tinggi memainkan gitar dengan piawai sekali. Sebuah kelas yang indah.

Kami kemudian di ajak mengikuti pembelajaran di kelas, kelas tiga SD. Bel berbunyi, saya dan ibu guru muda yang sangat energik memasuki kelas. Siswa berlarian memasuki kelas. Mereka mengganti sepatu untuk bermain di luar kelas dengan sepatu untuk di dalam kelas. Ada rak sepatu, rak payung dan rak jas hujan di depan masing masing kelas. Siswa masuk dengan tenang urut satu satu ke belakang. Meja dan kursi ditata melingkar tidak urut ke belakang. Setelah semua masuk pada jam 9 pagi waktu itu, ibu guru bahasaJerman waktu itu, segera menyapa siswa kemudian mempersilakan siswa membuka bekalnya. Setiap siswa membuka bekal yang rata rata roti dan minuman jus buah, jus wortel atau jus tomat , kemudian seluruh siswa di kelas makan bekal mereka…. Dengan tenang, tanpa gaduh sama sekali siswa siawa menikmati bekal mereka. Kemudian ibu guru duduk di meja ( bukan kursi ) yang agak rendah dan mulai membacakan sebuah cerita dengan penghayatan yang expressif dan menarik, sementara siswa siswa terus menikmati bekal mereka, tanpa suara, bahkan ketika seorang siswa menumpahkan air minumnya, dia diam berjalan mengambil lap dan mengeringkannya , tanpa membuat gaduh. Selesai bercerita , juga siswa siswa selesai makan bekal mereka, guru bertanya tentang isi cerita dan semua siswa mengacungkan tangan untuk menjawab pertanyaan guru, semua siswa….Ada yang sangat menarik dari suasana kelas seperti tadi, alangkah besarnya budaya mendengarkan orang lain . Tinggi sekali, bahkan untuk siswa kelas dua SD bisa sangat menghargai orang lain berbicara, budaya mendengarkan yang sangat dipatuhi dan dipraktekkan.

Setelah 45 menit , siswa keluar kelas dan berlarian ke halaman , mereka istirahat selama 5 menit kemudian masuk kelas kembali. Pembelajaran bahasa Jerman tadi dilanjutkan kembali. Guru memberi tugas kepada siswa untuk menyalin sebuah cerita dari buku dengan huruf latin. Beberapa siswa ada yang lebih dulu selesai , mereka mendekati guru mengkonsultasikan pekerjaan mereka . Yang aneh saya amati adalah lima siswa yang maju kepada guru itu berbaris rapi ke belakang, tidak merubung guru bersamaan, mereka berdiri berbaris ke belakang satu satu, budaya antri yang sangat tinggi. Siswa yang sudah selesai diberi hadiah tugas yang yang santai : mewarnai gambar, sementara yang lain masih menyelesaikan menyalin cerita. Anak anak yang cerdas tadi selesai juga mewarnai gambar, dan mreka diberi kartu kartu bermain bahasa , permainan tetapi tentang bahasa. Maka dalam satu kelas ada tiga jenis kegiatan, anak yang agak pelan menyelesaikan tugas utama , menyalin cerita dengan huruf latin, yang lebih cepat selesai diberi hiburan mewarnai gambar, dan yang kelompok cepat , bermain kartu kosa kata . Siswa dengan bebas tapi edukatif sekali menikmati pembelajaran di kelas. Dan guru memberikan peluang kepada siswa untuk maju sesuai kecepatan masing masing.

Ruang kelas dua tadi dindingnya dipenuhi tugas tugas siswa ( portofolio ). Hasil kerja siswa dari tugas yang sederhana sekali seperti menulis abjad, membuat tiruan binatang dari kertas ditempel wool, salinan sebuah puisi dengan tulisan yang masih lucu dan masih banyak lagi terjajar didinding kelas. SEbelah samping dan bagian belakang kelas terdapat rak rak yang penuh buku tugas anak anak, mereka mengatakannya proyek dan juga peralatan pembelajaran seperti kartu, balok huruf, tiruan makanan, buku buku pelajaran ,peta , dan lain lain.Saya meningglakan kelas dua setelah 45 menit ke dua berakhir, dan siswa siswa kembali istirahat


Ada yang sangat berbeda dengan sekolah di tempat kita untuk anak SD, mereka beristirahat setiap 45 menit. Pelajaran mulai jam 08 00, berjalan 45 menit istirahat 5 menit, berjalan lagi 45 menit , istirahat ke dua 10 menit, pelajaran lagi 45 menit , istirahat lagi 15 menit dan masuk lagi 45 menit. Ketika saya bertanya mengapa mereka istirahat setiap 45 menit? Jawab nya karena siswa usia SD tidak bisa dipaksakan konsentrasi untuk waktu yang lama, mereka punya daya konsentrasi yang pendek

Siswa tidak mengenakan seragam, juga guru dan kepala sekolah. Karena saat itu akhir musim panas an awal musim gugur, cuaca cukup dingin apalagi bagi saya , suhu berkisar 6 sampai 15 derajat celcius, anak anak bersekolah dengan celana jeans atau kanvas, atau coudory ber T shirt warna warni, merah, hijau merah jambu, putih , hitam dan bersweater.

Kita tidak mungkin menerapkan itu semua di sini tentu saja, karena alam , lingkungan, budaya kita berbeda. Tetapi melihat bagaimana mereka belajar dengan santai, tertib, sederhana , mendasar, sekaligus lengkap, canggih dan ternyata sudah sangat bermakna, memang menjadi pertanyaan sendiri bagi kita, ada apa dengan pendidikan di tempat kita.

Dari pembelajaran di kelas tadi ternyata ada yang sangat berbeda, ketika siswa diminta makan bekal dan mendengarkan cerita, kegiatan ini sekilas hanya begitu saja , tetapi ternyata memaksimalkan kerja otak kanan dan kiri. Yang mngherankan juga kemudian ketika ditanya pendapat tentang cerita itu, semua siswa tak terkecuali mengacungkan tangan serempak ingin menjawab pertanyaan guru. Bayangan saya karena mereka mendengarkan cerita sambil makan , bayanagn saya mereka tidak bisa menjawab pertanyaan guru. Ternyata saya salah. Istirahat setiap 45 menit juga bukan kebijakan main main, mereka sudah perhitungkan benar kemampuan siswa SD untuk mencapai hasil maksimal. Fasilitas sekolah dengan alat pertukangan lengkap, ruang ketrampilan yang bervariasi, ruang computer, ruang musik , memang merupakan situasi yang sangat kondusif untuk pembelajaran. Berpakaian yang memberikan kebebasan barangkali juga benar benar memberikan suasana tanpa harus sama dengan yang lain, menerima keberbedaan karena kita pada hakekatnya memang tidak sama, justru karena kita masing masing berbeda itulah kita bisa eksis sebagai sebuah masyarakat.Budaya antri di dalam kelas sangat terjunjung tinggi , meletakkan dasar yang kuat nanti dalam bermasyarakat, budaya mendengarkan yang sangat mengagumkan. Pendidikan yang saya yakin mampu menciptakan manusia manusia yang sesunguhnya.

Mudah mudahan dapat menjadi inspirasi untuk pembelajaran yang kita laksanakan di kelas, bukan diterapkan apa adanya karena akan banyak benturan budaya dan aturan, tetapi kita lihat sebagai wacana yang barangkali bisa mengubah sedikit gaya pembelajaran kita untuk menyiapkan anak didik tidak hanya dengan ilmu tapi kemampuan dan kecerdasan majemuk yang sangat diperlukan untuk masa depan mereka.

MENGGAGAS IDE PTK? INOVATIF

MENGGAGAS IDE PTK? INOVATIF...

by

nikmah nurbaity

untuk mampu menemukan gagsan ketka membuat PTK sebenarnya pangkal tolak berpikirnya mudah: yaitu menemukan GAP atau KESENJANGAN antara tujuan pembelajaran dan kenyataan di kelas yang kita hadapi. tujuan pembelajaran sellau menuju kompetensi ideal untuk dicapai. kenyataannya tidaklah selalu mudah mendapatkan atau mencapai kompetensi yang disaratkan dalam tujuan pembelajaran. selalu terjadi gap / kesenjangan antara tujuan ideal dan kenyataan di kelas. gap / kesenjangan inilah pangkal tolak kita menenmukan gagasan .

adanya gap atau kesenjanagan ini di sebut masalah. masalah ini harus kita atasi dengan cara terbaik alternatif terbaik yang paling sesuai dengan kelas tersebut. kita harus mampu menemukan cara terbaik untuk mengatasi masalah pemebelajaran yaitu adanya kompetensi yang belum maksimal di tujuan pembelajaran tertentu.

bagaiaman kita mampu menemukan cara terbaik? soluti tertepat ? jalan keluar terefektif? kita harus INOVATIF

innovative learning’ is defined as “a deliberate change in a positive direction that originates from those directly involved in the act of learning or teaching”.
Three ‘frames’ were used to interrogate the current and potential states of innovative learning at the Bartlett:

what level in the curricular structure an innovation was at, what stages are involved in innovation, and what are the conditions for successful innovation.

Innovation’ is defined in the Concise Oxford Dictionary as the bringing in of “new methods, ideas, etc”.

To innovate simply means to “make changes”. The term is frequently used in business and management circles to describe ‘ground-breaking’ changes that help further commercial success.

Create new things , ideas or ways of doing something

intinya pembelajran inovatif berarti mampu menciptakan sesuatu , ide atau cara baru untuk melakukan sesuatu dan Inovasi pembelajaran berarti menciptakan sesuatu yang baru, ide baru atau cara baru untuk proses belajar mengajar.

berikut beberpa langkah ke sana :
Ciptakan ide dan cara baru
Berikan semakin banyak pengalaman belajar
Kemampuan siswa adalah tujuan utama
Keberhasilan siswa adalah kebahagiaan
Mengajar adalah ibadah, hobi dan tanggung jawab.
Lakukan dengan semangat 100 %
Inovasi adalah KREATIVITAS

Kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang tidak dibuat orang lain sesuatu yang baru dan memiliki daya guna
Kreativitas adalah membuat yang abstrak menjadi nyata , yang potensial menjadi aktual
Kreativitas adalah kombinasi thinking, skill dan motivasi

4 unsur kreativitas:
Person : orangnya mandiri, ulet, harga diri tinggi dan fleksibel
Process : dari persiapan hingga verifikasi
Press : dorongan motivasi
Product : karya

4 tahap kreativitas:

Persiapan :mengenal masalah
Inkubasi :ketegangan mencapai puncak,
Iluminasi : timbulnya insight pencerahan
Verifikasi : mencoba gagasan dengan realitas

Kreatif menurut orang Jawa:
Niteni : lihat , amati, cermati
Nirokke : lakukan, kerjakan
Nambahi : ide baru, gagasan yang berbeda

contoh inovasi untuk pembelajaran bahasa
UNTUK PEMBELAJARAN BAHASA:
CYBER CLASSROOM, pembelajaran antar bangsa
PERCAKAPAN IMAJINER, aplikasi roleplay
PETA KONSEP atau mindmapping
BERMAIN PERAN / ROLE PLAY
BRAINSTORMING atau curah gagasan
BLAME STORMING
SONGS PRAPHRASE / PARAFRASE LAGU
DEBATE / DEBAT
ASSISTENSI TERPIMPIN, peer tutoring
WEBPORTOFOLIO, weblog, BLOG PORTOFOLIO
Drama
PERMAINAN

contoh isu teori pemlejaran :
CTL BISA DIBAHAS 7 UNSURNYA
QUANTUM LEARNING
ACCELARATED LEARNING
COOPERATIVE LEARNING
COMMUNICATVE LEARNING
INTEGRATIVE LEARNING
STUDENT CENTERED LEARNING
DLL

7 UNSUR CTL juga bagus untuk dikupas satu satu :
INQUIRY
CONSTRUCTIVISM
QUESTIONING
MODELLING
LEARNING SOCIETY
AUTHENTIC ASSESMENT

untuk breakthrough kalau belum juga mendapat gagasan :
CERMATI SKL MAPEL, SK DAN KD
Cermati micro skill listening, speaking, reading, writing
Cermati jenis text untuk dikuasai siswa
ADA TARGET IDEAL YANG HARUS DICAPAI SISWA
BANDINGKAN DENGAN KENYATAAN
APAKAH GAP YANG TERJADI?
APA PENYEBABNYA
APA JALAN KELUAR/ ALTERNATIF TERBAIKNYA?

Bandingkan kondisi ideal dan kenyataan di kelas
Temukan kesenjangan yang terjadi
Tindakan nyata apa yang harus dilakukan guru agar kondisi / hasil lebih baik
Pilih satu tujuan yang spesifik
Pilih tujuan yang spesifik , ingin meningkatkan apa
Melalui cara apa
Di kelas berapa sekolah mana

CONTOH :

Meningkatkan kemampuan kosa kata melalui media gambar di kelas X1 SMA negeri 1 Purworejo


Meningkatkan kemampuan penguasaan kosa kata bahasa Indonesia melalui metode menabung di kelas XI SMA…

Meningkatkan kompetensi berbicara bahasa Inggris melalui Role Play di kelas XII SMA…

Meningkatkan kompetensi menulis melalui semantic mapping di kelas XII SMA..

Meningkatkan kompetensi menulis RECOUNT melalui field study di kelas X SMA…..


CONTOH JUDUL PTK UNTUK TK DI LOMBA LKG 2005
PENGINTERAGASIAN GERAK DAN LAGU KE DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR SEBAGAI STARTEGI ALTERNATIF PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS ANAK USIA DINI

KLIPING TEMATIS SEBAGAI PEMBELAJARAN EFEKTIF KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK TK ABA KRAPYAK THN 2005/2006

CARA MUDAH BELAJAR CALISTUNG DENGAN BERMAIN GEOMETRI


PEMAHAMAN KONSEP MELALUI PERMAINAN MENCARI KATA UNTUK PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA DI TK

PEMBELAJARAN TERPADU DALAM PERMAINAN ZONA CERDAS CERIA MENRUPAKAN UPAYA PENINGKATAN KREATIFITAS ANAK

KERETA PEMBELAJARAN UNTUK PERSIAPAN MEMBACA MENULIS BERHITUNG YANG MENYENANGKAN

PENGGUNAAN ANEKA BIJI DAN KARTU VOUCHER BEKAS SEBAGAI MEDIA ALTERNATIF DALAM PEMBELAJARAN DI TK FADHILA MAKASAR

untuk SD
INOVASI PEMBELAJARN AGAMA KATOLIK DENGAN METODE OUTBOUND

TWELVE-SIDE DICE , PERAGA ALTERNATIF DALAM PENINGKATAN KOMPETENSI BAHASA INGGRIS SISWA SD..

PEMBELAJARAN GLOBAL DENGAN KARTU KWARTET UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS DAN EFEKTIFITAS SISWA DALAM BELAJAR PENGETAHUAN SOSIAL
DI SD

WAYANG UNTUK MENGEFEKTIFKAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA KELAS RANGKAP DI SD

MODEL PEMBELAJARAN PERUBAHAN ENERGI MENGGUNAKAN PERAGA KINCIR NAD SEBAGAI USAHA MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN SAINS DI SD

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA RODA AJAIB DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN HASIL KARYA SENI SISWA DALAM PELAJARAN MENGGAMBAR DI KELAS 2 SD…

MELATIH KETRAMPILAN BERBAHASA DENGAN METODE 2B DI SD…

untuk smp
METODE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN BERBAHASA INGGRIS TERINEGRASI DI KELAS IX SMP SEMARAPURA

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA MELALUI PEMANFAATAN MEDIA RUNNING LED DI KELAS VIII SMAP…

PERMAINAN GERBANG INTRINSIK SEBGAI PERAGA ALTERNATIF DAN PENERAPAN AMBIL ALIH SERTA PEMANFAATAN ANEKDOT DALAM PEMBELAJARAN KETRAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS

PETA KONSEP DAN ANALOGI DALAM CTL UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARN BIOLOGI DI SMP NE MARGARAHAYU KELAS..

untuk SMA
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN KIMIA BERWAWASAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI EFFECTIVE MICROORGANISM -4 PADA PEMBUATAN BIOGAS

PENGEMBANGAN CIVIC SKILLS MELALUI PEMBELAJARAN PARTISIPASIF DI SMA…
PEMANFAATAN LABOR ALAM MELALUI PETUALANGAN KECIL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS ..SMA..

APLIKASI QUANTUM TEACHING DAN KECERDASAN MAJEMUK PADA PEMBELAJARAN KETRAMPILAN BERBAHASA BAGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 KENDAL


PERCAKAPAN IMAJINER , APLIKASI ROLE PLAY UNTUK MEMPERCEPAT PENGUASAAN KOMPETENSI LISAN DAN TULIS BAHASA INGGRIS

PENINGKATAN KEMAMPUAN BACA PUISI MENGGUNAKAN MODEL KOMPETISI AFI SISWA KELAS X SMAN CEPIRING

sekarang langkah nyatanya adalah :
CERMATI SKL
CERMATI KD
CERMATI VISI SEKOLAH
BANDINGKAN DENGAN KENYATAAN DALAM KELAS
CARI SOLUSI

dan selamat menulis PTK, membuat anda guru yang profesional dan peningkatan kompetensi siswa tercapai

SELAMAT MENULIS...

SALAM
NIKMAH NURBAITY

RPP DENGAN EKSPLORASI , ELABORASI DAN KONFIRMASI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) 1
Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Jenis Pendidikan : SMA
Kelas / Program : XI/ IPA/ BAHASA
Semester : 1
Tahun Pembelajaran : 2010 / 2011
Alokasi waktu : 6 Jam pembelajaran @ 45 menit

I. STANDAR KOMPETENSI (SK) :

1. Memahami makna teks fungsional pendek : poster dan essay sederhana berbentuk narratif , dalam koteks kehidupan sehari-hari untuk mengakses ilmu pengetahuan

2. Mengungkapkan makna dalam teks tulis fungsional pendek : poster dan essay sederhana berbentuk narratif dalam koteks kehidupan sehari-hari

II. KOMPETENSI DASAR (KD) :

Merespon makna dalam teks fungsional misalnya, poster dan essay berbentuk narratif resmi dan tak resmi yang menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat. lancar dan berterima dalam konteks kehidupan sehari-hari

Mengungkapkan makna dalam bentuk teks fungsional pendek poster, dan essay berbentuk narratif resmi dan tak resmi dengan menggunakan bahasa tulis secara akurat lancar dan dapat diterima dalm konteks kehidupan sehari-hari

III. TUJUAN PEMBELAJARAN :

Merespon dan mengungkapkan makna dalam teks fungsional misalnya, poster dan essay berbentuk narratif resmi dan tak resmi yang menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat. lancar dan berterima dalam konteks kehidupan sehari-hari

IV. INDIKATOR:
1. Membaca wacana ragam tulis yang dibahas
2. Mengidentifikasi topik dari teks yang dibaca
3. Mengidentifikasi informasi tertentu dari teks fungsional pendek berbentuk poster
4. Mengidentifikasi informasi tertentu dari teks essay : berbentuk narratif
5. Menulis gagasan utama
6. Menggunakan tata bahasa, kosa kata, tanda baca, ejaan, dan tata tulis dengan akurat
7. Mengelaborasi gagasan utama
8. Membuat draft, merevisi, menyunting
9. Menghasilkan poster
10. menghasilkan text narratif
V. MATERI PEMBELAJARAN


Text essay berbentuk narratif misalnya .:
The Goose with the Golden Eggs
One day a countryman was going to the nest and found there was an egg all yellow and glittering. When he took it up, it was as heavy as lead and he was going to throw it away, because he thought a trick had been played upon him. But he took it home on a second thought, and soon found to his delight that it was an egg of pure gold. Every morning the same thing occurred and he soon became rich by selling its eggs. As he grew rich, he grew greedy and thought to get at once all the gold the goose could give. He killed the ggose and opened it: only to find nothing.


VI. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Langkah-Langkah Kegiatan
Pertemuan 1
1. Kegiatan Awal (10’)
Apersepsi : memberikan gambar poster
Menyepakati tujuan pembelajaran
Menyampaikan rambu pembelajaran
Memotivasi siswa
2. Kegiatan Inti (70’)
Eksplorasi
Membaca poster secara individu
Mendiskusikan isi teks yang dibaca secara berpasangan.
Mendiskusikan ciri-ciri gramatika yang digunakan dalam teks yang dibaca secara berkelompok.

Elaborasi
Secara berpasangan siswa membaca banner beberapa macam
Secara berpasangan siswa berdiskusi tentang isi text poster
Siswa membahas isi text banner bersama secara klasikal
Siswa menuliskan sebuah poster, secara berkelompok
Siswa menemukan linguistic feature dan informasi dari teks poster
Konfirmasi
Siswa menyampaikan hasil diskusi
Siswa merevisi hasil diskusi berdasar feedback dari guru dan teman
Siswa membuat refleksi
3. Kegiatan Akhir (10’)
Siswa membuat kesimpulan / rangkuman
Siswa membuat refleksi
Siswa mendapatkan tugas terstruktur: membuat sebuah poster secara individu Siswa mendapat tugas mandiri tak terstruktur : menulis makna sebuah poster

Pertemuan 2
1. Kegiatan Awal (10’)
Apersepsi : memberikan cerita lisan diambil dari cerita rakyat/ dongeng
Menyepakati tujuan pembelajaran
Menyampaikan rambu pembelajaran
Memotivasi siswa
2. Kegiatan Inti (70’)
Eksplorasi
Membaca text narratif secara individu
Mendiskusikan isi teks yang dibaca secara berpasangan.
Mendiskusikan ciri-ciri gramatika yang digunakan dalam teks yang dibaca secara berkelompok.
Elaborasi
Secara berpasangan siswa membaca beberapa macam text narratif
Secara berpasangan siswa berdiskusi tentang isi text narratif
Siswa membahas isi text report bersama secara klasikal
Siswa membahas generic structure text narratif secara berkelompok
Siswa menemukan linguistic feature dan informasi dari teks
Konfirmasi
Siswa menyampaikan hasil diskusi
Siswa merevisi hasil diskusi berdasar feedback dari guru dan teman
Siswa membuat refleksi
3. Kegiatan Akhir (10’)
Siswa membuat kesimpulan / rangkuman
Siswa membuat refleksi
Siswa mendapatkan tugas terstruktur: menceritakan ulang sebuah text narratif secara individu
Siswa mendapat tugas mandiri tak terstruktur : menulis cerita narratif berbentuk dongeng

Pertemuan 3
1. Kegiatan Awal (10’)
Apersepsi : memberikan cerita lisan diambil dari cerita rakyat/ dongeng
Menyepakati tujuan pembelajaran
Menyampaikan rambu pembelajaran
Memotivasi siswa
2. Kegiatan Inti (70’)
Eksplorasi
Membaca text narratif secara individu
Mendiskusikan isi teks yang dibaca secara berpasangan.
Mendiskusikan ciri-ciri gramatika yang digunakan dalam teks yang dibaca secara berkelompok.
Elaborasi
Secara berpasangan siswa membaca beberapa macam text narratif
Secara berpasangan siswa berdiskusi tentang isi text narratif
Siswa membahas isi text report bersama secara klasikal
Siswa membahas generic structure text narratif secara berkelompok
Siswa menemukan linguistic feature dan informasi dari teks
Konfirmasi
Siswa menyampaikan hasil diskusi
Siswa merevisi hasil diskusi berdasar feedback dari guru dan teman
Siswa membuat refleksi
3. Kegiatan Akhir (10’)
Siswa membuat kesimpulan / rangkuman
Siswa membuat refleksi
Siswa mendapatkan tugas terstruktur: menceritakan ulang sebuah text narratif secara individu
Siswa mendapat tugas mandiri tak terstruktur : menulis cerita narratif berbentuk dongeng

V. SUMBER / BAHAN / ALAT :
Interlangauge English for Senior High School XI
Look Ahead (Erlangga)
Kaset, CD

I. Penilaian:
Tertulis (PG dan Uraian)
Tugas : performance test speaking , text percapakan dan monolog
Quiz :
Scoring system :
Unsur yang dinilai dalam percakapan dan menulis
Percakapan : content, diction, grammar, performance
Menulis : content, text structure, diction, grammar, mechanic
Score dimulai dari 60- 70, 70-80, 80-90, 90-100




Mengetahui Purworejo, 20 Juli 2010
Kepala SMA Negeri 5 Purworejo Guru Mata Pelajaran


Nikmah Nurbaity M.Pd Nikmah Nurbaity M.Pd
196801151993032005 196801151993032005


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) 2
Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Jenis Pendidikan : SMA
Kelas / Program : XI/ IPA/ BAHASA
Semester : 1
Tahun Pembelajaran : 2010 / 2011
Alokasi waktu : 4 Jam pembelajaran @ 45 menit

I. STANDAR KOMPETENSI (SK) :

1. Mendengarkan :Memahami makna dalam percakapan transaksional dan interpersonal resmi dan berlanjut (sustained) dalam konteks kehidupan sehari-hari

2. Berbicara :Mengungkapkan makna dalam percakapan transaksional dan interpersonal resmi dan berlanjut (sustained) dalam konteks kehidupan sehari-hari

II. KOMPETENSI DASAR (KD) :

Merespon makna dalam percakapan transaksional (to get things done) dan interpersonal (bersosialisasi) resmi dan berlanjut (sustained) secara akurat, lancar, dan berterima yang menggunakan ragam bahasa lisan dalam konteks kehidupan sehari-hari dan melibatkan tindak tutur: menyampaikan pendapat, meminta pendapat dan menyatakan puas tidak puas

Mengungkapkan makna dalam percakapan transaksional (to get things done) dan interpersonal (bersosialisasi) resmi dan berlanjut (sustained) secara akurat, lancar, dan berterima yang menggunakan ragam bahasa lisan dalam konteks kehidupan sehari-hari dan melibatkan tindak tutur: menymapaiakn dan meminta pendapat serta menyatakan puas dan menyatakan tidak puas


III. TUJUAN PEMBELAJARAN :

Siswa dapat : Merespon dan mengungkapkan makna dalam percakapan transaksional (to get things done) dan interpersonal (bersosialisasi) resmi dan berlanjut (sustained) secara akurat, lancar, dan berterima yang menggunakan ragam bahasa lisan dalam konteks kehidupan sehari-hari dan melibatkan tindak tutur: menyampaikan pendapat, meminta pendapat, menyatakan puas dan menyatakan tidak puas

IV. INDIKATOR:
1. Mengidentifikasi makna kata
2. Mengidentifikasi hubungan antar pembicara
3. Mengidentifikasi makna tindak tutur menyampaikan pendapat
4. Merespon dan mengungkapkan tindak tutur meminta pendapat
5. Mengidentifikasi makna tindak tutur menyatakan puas
6. Merespon dan mengungkapkan tindak tutur menyatakan tidak puas
7. Mengidentifikasi makna tindak tutur menyampaikan pendapat
8. Merespon dan mengungkapkan tindak tutur meminta pendapat
9. Mengidentifikasi makna tindak tutur menyatakan puas
10. Merespon dan mengungkapkan tindak tutur menyatakan tidak puas
11. Mengidentifikasi kontek situasi

V. MATERI PEMBELAJARAN :
Menyatakan pendapat
Mis: A: I Think this is Great
B:. I Think so too
Meminta pendapat
Mis: A: What do You think about it ?
B: I Think it’s a good idea
Menyatakan puas
Mis: A: I can’t think of anything better
B:.Thank you for your compliment Sir
Menyatakan tidak puas
Mis: A: I’am not happy about it
B: Please give me a second chance Sir


VI. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan 1:
Langkah-Langkah Kegiatan
1. Kegiatan Awal (10’)
Apersepsi : mereview ungkapan ungkapan menyatakan dan meminta pendapat
Menyepakati tujuan pembelajaran
Menyampaiakan rambu pembelajaran
Memotivasi siswa
2. Kegiatan Inti (70’)
Eksplorasi
Siswa mendengarkan teks lisan percakapan menyatakan dan meminta pendapat
Siswa menemukan informasi tertentu dan informasi rinci dari teks lisan
Siswa menemukan ungkapan ungkapan yang dipakai
Siswa dan guru membahas ungkapan ungkapan yang dipakai
Elaborasi
Secara berpasangan siswa membaca text percakapan menyatakan dan meminta pendapat
Secara berpasangan siswa berdiskusi membuat text percakapan untuk menyakatan dan meminta pendapat
Siswa mempraktekkan percakapan untuk menyakatan dan meimta pendapat
Siswa menemukan linguistic feature dan informasi dari teks percakapan
Konfirmasi
Siswa menyampaikan hasil diskusi dan praktek percakapan
Siswa merevisi hasil diskusi berdasar feedback dari guru dan teman
Siswa membuat refleksi
3. Kegiatan Akhir (10’)
Siswa membuat kesimpulan / rangkuman
Siswa membuat refleksi
Siswa mendapatkan tugas terstruktur: membuat percakapan tentang menyatakan dan meminta pendapat pendapat,
Siswa mendapat tugas mandiri tak terstruktur : menulis cerita yang menyatakan pendapatnya tentang sesuatu

Pertemuan 2 :
Langkah-Langkah Kegiatan
1.Kegiatan Awal
Apersepsi : mereview ungkapan ungkapan menyatakan rasa puas dan tidak puas
Menyepakati tujuan pembelajaran
Menyampaiakan rambu pembelajaran
Memotivasi siswa
2.Kegiatan Inti
Eksplorasi
Siswa mendengarkan teks lisan percakapan menyatakan rasa puas dan tidak puas
Siswa menemukan informasi tertentu dan informasi rinci dari teks lisan
Siswa menemukan ungkapan ungkapan yang dipakai
Siswa dan guru membahas ungkapan ungkapan yang dipakai


Elaborasi
Secara berpasangan siswa membaca text percakapan menyatakan rasa puas dan tidak puas
Secara berpasangan siswa berdiskusi membuat text percakapan
Siswa mempraktekkan percakapan untuk menyatakan rasa puas dan tidak puas
Siswa menemukan linguistic feature dan informasi dari teks percakapan
Konfirmasi
Siswa menyampaikan hasil diskusi dan praktek percakapan
Siswa merevisi hasil diskusi berdasar feedback dari guru dan teman
Siswa membuat refleksi
3. Kegiatan Akhir
Siswa membuat kesimpulan / rangkuman
Siswa membuat refleksi
Siswa mendapatkan tugas terstruktur: membuat percakapan tentang menyatakan rasa puas dan tidak puas
Siswa mendapat tugas mandiri tak terstruktur : menulis cerita yang menyatakan menyatakan rasa puas dan tidak puas

V. SUMBER / BAHAN / ALAT :
Interlangauge English for Senior High School XI
Look Ahead (Erlangga)
Kaset, CD

VI. Penilaian:
Tertulis (PG dan Uraian)
Tugas : performance test speaking
Quiz :
Scoring system : Scoring system :
Unsur yang dinilai dalam percakapan dan menulis
Percakapan : content, diction, grammar, performance
Menulis : content, text structure, diction, grammar, mechanic
Score dimulai dari 60- 70, 70-80, 80-90, 90-100






Mengetahui Purworejo, 20 Juli 2010
Kepala SMA Negeri 5 Purworejo Guru Mata Pelajaran



Nikmah Nurbaity M.Pd Nikmah Nurbaity M.Pd
196801151993032005 196801151993032005


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) 3
Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Jenis Pendidikan : SMA
Kelas / Program : XI/ IPA/ BAHASA
Semester : 1
Tahun Pembelajaran : 2010 / 2011
Alokasi waktu : 6 Jam pembelajaran @ 45 menit

II. STANDAR KOMPETENSI (SK) :

3. Memahami makna teks fungsional pendek : banner dan essay sederhana berbentuk report, dalam koteks kehidupan sehari-hari untuk mengakses ilmu pengetahuan

4. Mengungkapkan makna dalam teks tulis fungsional pendek : banner dan essay sederhana report dalam koteks kehidupan sehari-hari

II. KOMPETENSI DASAR (KD) :

Merespon makna dalam teks fungsional misalnya, Banner dan essay berbentuk report resmi dan tak resmi yang menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat. lancar dan berterima dalam konteks kehidupan sehari-hari

Mengungkapkan makna dalam bentuk teks fungsional pendek banner, dan essay berbentuk report Resmi dan tak resmi dengan menggunakan bahasa tulis secara akurat lancar dan dapat diterima dalm konteks kehidupan sehari-hari

III. TUJUAN PEMBELAJARAN :

Merespon dan mengungkapkan makna dalam teks fungsional misalnya, Banner dan essay berbentuk report resmi dan tak resmi yang menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat. lancar dan berterima dalam konteks kehidupan sehari-hari


IV. INDIKATOR:
1. Membaca wacana ragam tulis yang dibahas
2. Mengidentifikasi topik dari teks yang dibaca
3. Mengidentifikasi informasi tertentu dari teks fungsional pendek berbentuk banner
4. Mengidentifikasi informasi tertentu dari teks essay : berbentuk report
5. Menulis gagasan utama
6. Menggunakan tata bahasa, kosa kata, tanda baca, ejaan, dan tata tulis dengan akurat
7. Mengelaborasi gagasan utama
8. Membuat draft, merevisi, menyunting
9. Menghasilkan banner,
10. menghasilkan text report

V. MATERI PEMBELAJARAN
Banner
Text essay berbentuk REPORT

VI. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Langkah-Langkah Kegiatan
Pertemuan 1
1. Kegiatan Awal (10’)
Apersepsi : memberikan gambar banner
Menyepakati tujuan pembelajaran
Menyampaikan rambu pembelajaran
Memotivasi siswa
2. Kegiatan Inti (70’)
Eksplorasi
Membaca banner secara individu
Mendiskusikan isi teks yang dibaca secara berpasangan.
Mendiskusikan ciri-ciri gramatika yang digunakan dalam teks yang dibaca secara berkelompok.
Elaborasi
Secara berpasangan siswa membaca banner beberapa macam
Secara berpasangan siswa berdiskusi tentang isi text banner
Siswa membahas isi text banner bersama secara klasikal
Siswa menuliskan sebuah banner, secara berkelompok
Siswa menemukan linguistic feature dan informasi dari teks banner
Konfirmasi
Siswa menyampaikan hasil diskusi
Siswa merevisi hasil diskusi berdasar feedback dari guru dan teman
Siswa membuat refleksi
3. Kegiatan Akhir (10’)
Siswa membuat kesimpulan / rangkuman
Siswa membuat refleksi
Siswa mendapatkan tugas terstruktur: membuat sebuah banner secara individu Siswa mendapat tugas mandiri tak terstruktur : menulis makna sebuah banner

Pertemuan 2
1. Kegiatan Awal (10’)
Apersepsi : memberikan gambar gejala alam / gejala sosial
Menyepakati tujuan pembelajaran
Menyampaikan rambu pembelajaran
Memotivasi siswa
2. Kegiatan Inti (70’)
Eksplorasi
Membaca text report secara individu
Mendiskusikan isi teks yang dibaca secara berpasangan.
Mendiskusikan ciri-ciri gramatika yang digunakan dalam teks yang dibaca secara berkelompok.
Elaborasi
Secara berpasangan siswa membaca beberapa macam text report
Secara berpasangan siswa berdiskusi tentang isi text report
Siswa membahas isi text report bersama secara klasikal
Siswa membahas generic structure text report secara berkelompok
Siswa menemukan linguistic feature dan informasi dari teks
Konfirmasi
Siswa menyampaikan hasil diskusi
Siswa merevisi hasil diskusi berdasar feedback dari guru dan teman
Siswa membuat refleksi
3. Kegiatan Akhir (10’)
Siswa membuat kesimpulan / rangkuman
Siswa membuat refleksi
Siswa mendapatkan tugas terstruktur: membuat sebuah text report secara individu Siswa mendapat tugas mandiri tak terstruktur : menulis report tentang gejala sosial
Pertemuan 3.
1. Kegiatan Awal (10’)
Apersepsi : memberikan gambar gejala alam / gejala sosial
Menyepakati tujuan pembelajaran
Menyampaikan rambu pembelajaran
Memotivasi siswa
2. Kegiatan Inti (70’)
Eksplorasi
Membaca text report secara individu
Mendiskusikan isi teks yang dibaca secara berpasangan.
Mendiskusikan ciri-ciri gramatika yang digunakan dalam teks yang dibaca secara berkelompok.
Elaborasi
Secara berpasangan siswa membaca beberapa macam text report
Secara berpasangan siswa berdiskusi tentang isi text report
Siswa membahas isi text report bersama secara klasikal
Siswa membahas generic structure text report secara berkelompok
Siswa menemukan linguistic feature dan informasi dari teks
Konfirmasi
Siswa menyampaikan hasil diskusi
Siswa merevisi hasil diskusi berdasar feedback dari guru dan teman
Siswa membuat refleksi
3. Kegiatan Akhir (10’)
Siswa membuat kesimpulan / rangkuman
Siswa membuat refleksi
Siswa mendapatkan tugas terstruktur: membuat sebuah text report secara individu Siswa mendapat tugas mandiri tak terstruktur : menulis report tentang gejala sosial

V. SUMBER / BAHAN / ALAT :
Interlangauge English for Senior High School XI
Look Ahead (Erlangga), kaset, CD
II. Penilaian:
Tertulis (PG dan Uraian)
Tugas : performance test speaking , text percapakan dan monolog
Quiz :
Scoring system :
Unsur yang dinilai dalam percakapan dan menulis
Percakapan : content, diction, grammar, performance
Menulis : content, text structure, diction, grammar, mechanic
Score dimulai dari 60- 70, 70-80, 80-90, 90-100


Mengetahui Purworejo, 20 Juli 2010
Kepala SMA Negeri 5 Purworejo Guru Mata Pelajaran


Nikmah Nurbaity M.Pd Nikmah Nurbaity M.Pd
196801151993032005 196801151993032005

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) 4
Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Jenis Pendidikan : SMA
Kelas / Program : XI/ IPA/ BAHASA
Semester : 1
Tahun Pembelajaran : 2010 / 2011
Alokasi waktu : 6 Jam pembelajaran @ 45 menit

III. STANDAR KOMPETENSI (SK) :

1. Mendengarkan :Memahami makna dalam percakapan transaksional dan
interpersonal resmi dan berlanjut (sustained) dalam konteks kehidupan sehari-hari

2 Berbicara :Mengungkapkan makna dalam percakapan transaksional dan interpersonal resmi dan berlanjut (sustained) dalam konteks kehidupan sehari-hari

II. KOMPETENSI DASAR (KD) :
Merespon makna dalam percakapan transaksional (to get things done) dan interpersonal (bersosialisasi) resmi dan berlanjut (sustained) secara akurat, lancar, dan berterima yang menggunakan ragam bahasa lisan dalam konteks kehidupan sehari-hari dan melibatkan tindak tutur: menasehati, memperingatkan, meluluskan permintaan

Mengungkapkan makna dalam percakapan transaksional (to get things done) dan interpersonal (bersosialisasi) resmi dan berlanjut (sustained) secara akurat, lancar, dan berterima yang menggunakan ragam bahasa lisan dalam konteks kehidupan sehari-hari dan melibatkan tindak tutur: menasehati, memperingatkan, meluluskan permintaan


III. TUJUAN PEMBELAJARAN :
Siswa dapat : Merespon dan mengungkapkan makna dalam percakapan transaksional (to get things done) dan interpersonal (bersosialisasi) resmi dan berlanjut (sustained) secara akurat, lancar, dan berterima yang menggunakan ragam bahasa lisan dalam konteks kehidupan sehari-hari dan melibatkan tindak tutur: menasehati, memperingatkan, meluluskan permintaan

IV. INDIKATOR:
1. Mengidentifikasi makna kata
2. Mengidentifikasi hubungan antar pembicara
3. Mengidentifikasi makna tindak tutur menasehati
4. Merespon dan mengungkapkan tindak tutur menasihati
5. Mengidentifikasi makna tindak tutur memperingatkan
6. Merespon dan mengungkapkan tindak tutur memperingatkan
7. Mengidentifikasi makna tindak tutur meluluskan permintaan
8. Merespon dan mengungkapkan tindak tutur menasehati
9. merespond dan mengungkapkan tindak tutur memperingatkan
10. Merespon dan mengungkapkan tindak tutur meluluskan permintaan
11. Mengidentifikasi kontek situasi

V. MATERI PEMBELAJARAN :
• Menasehati
Mis: A: You’d better do it now
B. I Will
• Memperingatkan
Mis: A: Don’t Forget to bring the food with you
B. I Won’t
• Meluluskan permintaan
Mis: A: You May go
B: You’re the best dad

VI. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan 1:
Langkah-Langkah Kegiatan
1.Kegiatan Awal
Apersepsi : mereview ungkapan ungkapan menyatakan nasehat
Menyepakati tujuan pembelajaran
Menyampaiakan rambu pembelajaran
Memotivasi siswa
2.Kegiatan Inti (70’)
Eksplorasi
Siswa mendengarkan teks lisan percakapan menyatakan nasehat
Siswa menemukan informasi tertentu dan informasi rinci dari teks lisan
Siswa menemukan ungkapan ungkapan yang dipakai
Siswa dan guru membahas ungkapan ungkapan yang dipakai
Elaborasi
Secara berpasangan siswa membaca text percakapan menyatakan naehat
Secara berpasangan siswa berdiskusi membuat text percakapan untuk menyakatan nasehat
Siswa mempraktekkan percakapan untuk menyakatan nasehat
Siswa menemukan linguistic feature dan informasi dari teks percakapan
Konfirmasi
Siswa menyampaikan hasil diskusi dan praktek percakapan
Siswa merevisi hasil diskusi berdasar feedback dari guru dan teman
Siswa membuat refleksi
3. Kegiatan Akhir (10’)
Siswa membuat kesimpulan / rangkuman
Siswa membuat refleksi
Siswa mendapatkan tugas terstruktur: membuat percakapan tentang menyatakan dan meminta nasehat
Siswa mendapat tugas mandiri tak terstruktur : menulis paragraph yang isinya memberikan atau meminta nasehat

Pertemuan 2 :
Langkah-Langkah Kegiatan
1.Kegiatan Awal (10’)
Apersepsi : mereview ungkapan ungkapan memperingatkan
Menyepakati tujuan pembelajaran
Menyampaiakan rambu pembelajaran
Memotivasi siswa
2.Kegiatan Inti (70’)
Eksplorasi
Siswa mendengarkan teks lisan percakapan memperingatkan
Siswa menemukan informasi tertentu dan informasi rinci dari teks lisan
Siswa menemukan ungkapan ungkapan yang dipakai
Siswa dan guru membahas ungkapan ungkapan yang dipakai
Elaborasi
Secara berpasangan siswa membaca text percakapan memperingatkan
Secara berpasangan siswa berdiskusi membuat text percakapan
Siswa mempraktekkan percakapan untuk memperingatkan
Siswa menemukan linguistic feature dan informasi dari teks percakapan
Konfirmasi
Siswa menyampaikan hasil diskusi dan praktek percakapan
Siswa merevisi hasil diskusi berdasar feedback dari guru dan teman
Siswa membuat refleksi
3. Kegiatan Akhir (10’)
Siswa membuat kesimpulan / rangkuman
Siswa membuat refleksi
Siswa mendapatkan tugas terstruktur membuat percakapan untuk memperingatkan
Siswa mendapat tugas mandiri tak terstruktur : menulis cerita yang menyatakan diperingatkan atau memeringatkan orang lain

Pertemuan 3 :
Langkah-Langkah Kegiatan
1.Kegiatan Awal (10’)
Apersepsi : mereview ungkapan ungkapan menyatakan permintaan
Menyepakati tujuan pembelajaran
Menyampaiakan rambu pembelajaran
Memotivasi siswa
2.Kegiatan Inti (70’)
Eksplorasi
Siswa mendengarkan teks lisan percakapan menyatakan permintaan
Siswa menemukan informasi tertentu dan informasi rinci dari teks lisan
Siswa menemukan ungkapan ungkapan yang dipakai
Siswa dan guru membahas ungkapan ungkapan yang dipakai
Elaborasi
Secara berpasangan siswa membaca text percakapan menyatakan permintaan
Secara berpasangan siswa berdiskusi membuat text percakapan
Siswa mempraktekkan percakapan untuk memperingatkan
Siswa menemukan linguistic feature dan informasi dari teks percakapan
Konfirmasi
Siswa menyampaikan hasil diskusi dan praktek percakapan
Siswa merevisi hasil diskusi berdasar feedback dari guru dan teman
Siswa membuat refleksi
3. Kegiatan Akhir (10’)
Siswa membuat kesimpulan / rangkuman
Siswa membuat refleksi
Siswa mendapatkan tugas terstruktur membuat percakapan untuk menyatakan permintaan
Siswa mendapat tugas mandiri tak terstruktur : menulis cerita yang menyatakan permintaan

V. SUMBER / BAHAN / ALAT :
Interlangauge English for Senior High School XI
Look Ahead (Erlangga)
Kaset, CD


IV. Penilaian:
Tertulis (PG dan Uraian)
Tugas : performance test speaking
Quiz :
Scoring system : Scoring system :
Unsur yang dinilai dalam percakapan dan menulis
Percakapan : content, diction, grammar, performance
Menulis : content, text structure, diction, grammar, mechanic
Score dimulai dari 60- 70, 70-80, 80-90, 90-100


Mengetahui Purworejo, 20 Juli 2010
Kepala SMA Negeri 5 Purworejo Guru Mata Pelajaran



Nikmah Nurbaity M.Pd Nikmah Nurbaity M.Pd
196801151993032005 196801151993032005


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) 5
Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Jenis Pendidikan : SMA
Kelas / Program : XI/ IPA/ BAHASA
Semester : 1
Tahun Pembelajaran : 2010 / 2011
Alokasi waktu : 6 Jam pembelajaran @ 45 menit

III. STANDAR KOMPETENSI (SK) :

1. Memahami makna teks fungsional pendek : pamflet dan essay sederhana berbentuk eksposisi , dalam koteks kehidupan sehari-hari untuk mengakses ilmu pengetahuan

2. Mengungkapkan makna dalam teks tulis fungsional pendek : pamflet dan essay sederhana berbentuk eksposisi dalam koteks kehidupan sehari-hari

II. KOMPETENSI DASAR (KD) :

Merespon makna dalam teks fungsional misalnya, pamflet dan essay berbentuk eksposisi resmi dan tak resmi yang menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat. lancar dan berterima dalam konteks kehidupan sehari-hari

Mengungkapkan makna dalam bentuk teks fungsional pendek pamflet, dan essay berbentuk eksposisi resmi dan tak resmi dengan menggunakan bahasa tulis secara akurat lancar dan dapat diterima dalm konteks kehidupan sehari-hari

III. TUJUAN PEMBELAJARAN :

Merespon dan mengungkapkan makna dalam teks fungsional misalnya, pamflet dan essay berbentuk eskposisi resmi dan tak resmi yang menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat. lancar dan berterima dalam konteks kehidupan sehari-hari


IV. INDIKATOR:
1. Membaca wacana ragam tulis yang dibahas
2. Mengidentifikasi topik dari teks yang dibaca
3. Mengidentifikasi informasi tertentu dari teks fungsional pendek berbentuk pamflet
4. Mengidentifikasi informasi tertentu dari teks essay : berbentuk exposisi
5. Menulis gagasan utama
6. Menggunakan tata bahasa, kosa kata, tanda baca, ejaan, dan tata tulis dengan akurat
7. Mengelaborasi gagasan utama
8. Membuat draft, merevisi, menyunting
9. Menghasilkan pamflet
10. menghasilkan text eksposisi

V. MATERI PEMBELAJARAN

Pamphlet
Text eksposisi.


VI. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Langkah-Langkah Kegiatan
Pertemuan 1
1. Kegiatan Awal (10’)
Apersepsi : memberikan text contoh contoh pamflet
Menyepakati tujuan pembelajaran
Menyampaikan rambu pembelajaran
Memotivasi siswa
2. Kegiatan Inti (70’)
Eksplorasi
Membaca pamflet secara individu
Mendiskusikan isi teks yang dibaca secara berpasangan.
Mendiskusikan ciri-ciri gramatika yang digunakan dalam teks yang dibaca secara berkelompok.

Elaborasi
Secara berpasangan siswa membaca banner beberapa macam
Secara berpasangan siswa berdiskusi tentang isi text pamflet
Siswa membahas isi text pamflet bersama secara klasikal
Siswa menuliskan sebuah pamflet, secara berkelompok
Siswa menemukan linguistic feature dan informasi dari teks pamflet
Konfirmasi
Siswa menyampaikan hasil diskusi
Siswa merevisi hasil diskusi berdasar feedback dari guru dan teman
Siswa membuat refleksi

3. Kegiatan Akhir (10’)
Siswa membuat kesimpulan / rangkuman
Siswa membuat refleksi
Siswa mendapatkan tugas terstruktur: membuat sebuah pamflet secara individu Siswa mendapat tugas mandiri tak terstruktur : menulis makna sebuah pamflet
Pertemuan 2
1. Kegiatan Awal (10’)
Apersepsi : memberikan thesis yang merangsang argumentasi
Menyepakati tujuan pembelajaran
Menyampaikan rambu pembelajaran
Memotivasi siswa
2. Kegiatan Inti (70’)
Eksplorasi
Membaca text exposisi secara individu
Mendiskusikan isi teks yang dibaca secara berpasangan.
Mendiskusikan ciri-ciri gramatika yang digunakan dalam teks yang dibaca secara berkelompok.

Elaborasi
Secara berpasangan siswa membaca beberapa macam text eksposisi
Secara berpasangan siswa berdiskusi tentang isi text eksposisi
Siswa membahas isi text report bersama secara klasikal
Siswa membahas generic structure text eksposisi secara berkelompok
Siswa menemukan linguistic feature dan informasi dari teks
Konfirmasi
Siswa menyampaikan hasil diskusi
Siswa merevisi hasil diskusi berdasar feedback dari guru dan teman
Siswa membuat refleksi
3. Kegiatan Akhir (10’)
Siswa membuat kesimpulan / rangkuman
Siswa membuat refleksi
Siswa mendapatkan tugas terstruktur: membuat beberapa thesis yang merangsang argumentasi secara individu
Siswa mendapat tugas mandiri tak terstruktur : menulis paragraf eksposisi

Pertemuan 3.
1. Kegiatan Awal (10’)
Apersepsi : memberikan thesis yang merangsang argumentasi
Menyepakati tujuan pembelajaran
Menyampaikan rambu pembelajaran
Memotivasi siswa
2. Kegiatan Inti (70’)
Eksplorasi
Membaca text exposisi secara individu
Mendiskusikan isi teks yang dibaca secara berpasangan.
Mendiskusikan ciri-ciri gramatika yang digunakan dalam teks yang dibaca secara berkelompok.

Elaborasi
Secara berpasangan siswa membaca beberapa macam text eksposisi
Secara berpasangan siswa berdiskusi tentang isi text eksposisi
Siswa membahas isi text report bersama secara klasikal
Siswa membahas generic structure text eksposisi secara berkelompok
Siswa menemukan linguistic feature dan informasi dari teks
Konfirmasi
Siswa menyampaikan hasil diskusi
Siswa merevisi hasil diskusi berdasar feedback dari guru dan teman
Siswa membuat refleksi
3. Kegiatan Akhir (10’)
Siswa membuat kesimpulan / rangkuman
Siswa membuat refleksi
Siswa mendapatkan tugas terstruktur: membuat beberapa thesis yang merangsang argumentasi secara individu
Siswa mendapat tugas mandiri tak terstruktur : menulis paragraf eksposisi


V. SUMBER / BAHAN / ALAT :
Interlangauge English for Senior High School XI
Look Ahead (Erlangga)
Kaset, CD

V. Penilaian:
Tertulis (PG dan Uraian)
Tugas : performance test speaking , text percapakan dan monolog
Quiz :
Scoring system :
Unsur yang dinilai dalam percakapan dan menulis
Percakapan : content, diction, grammar, performance
Menulis : content, text structure, diction, grammar, mechanic
Score dimulai dari 60- 70, 70-80, 80-90, 90-100



Mengetahui Purworejo, 20 Juli 2010
Kepala SMA Negeri 5 Purworejo Guru Mata Pelajaran


Nikmah Nurbaity M.Pd Nikmah Nurbaity M.Pd
196801151993032005 196801151993032005


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) 6
Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Jenis Pendidikan : SMA
Kelas / Program : XI/ IPA/ BAHASA
Semester : 1
Tahun Pembelajaran : 2010 / 2011
Alokasi waktu : 6 Jam pembelajaran @ 45 menit

IV. STANDAR KOMPETENSI (SK) :

1. Mendengarkan :Memahami makna dalam percakapan transaksional dan interpersonal resmi dan berlanjut (sustained) dalam konteks kehidupan sehari-hari

2. Berbicara :Mengungkapkan makna dalam percakapan transaksional dan interpersonal resmi dan berlanjut (sustained) dalam konteks kehidupan sehari-hari

II. KOMPETENSI DASAR (KD) :
Merespon makna dalam percakapan transaksional (to get things done) dan interpersonal (bersosialisasi) resmi dan berlanjut (sustained) secara akurat, lancar, dan berterima yang menggunakan ragam bahasa lisan dalam konteks kehidupan sehari-hari dan melibatkan tindak tutur: menyatakan perasaan relief, pain dan pleasure

Mengungkapkan makna dalam percakapan transaksional (to get things done) dan interpersonal (bersosialisasi) resmi dan berlanjut (sustained) secara akurat, lancar, dan berterima yang menggunakan ragam bahasa lisan dalam konteks kehidupan sehari-hari dan melibatkan tindak tutur: menyatakan perasaan relief, pain dan pleasure


III. TUJUAN PEMBELAJARAN :
Siswa dapat : Merespon dan mengungkapkan makna dalam percakapan transaksional (to get things done) dan interpersonal (bersosialisasi) resmi dan berlanjut (sustained) secara akurat, lancar, dan berterima yang menggunakan ragam bahasa lisan dalam konteks kehidupan sehari-hari dan melibatkan tindak tutur: menyatakan perasaan relief, pain dan pleasure


IV. INDIKATOR:
1. Mengidentifikasi makna kata
2. Mengidentifikasi hubungan antar pembicara
3. Mengidentifikasi makna tindak tutur menyatakan perasaan lega
4. Merespon dan mengungkapkan tindak tutur menyatakan perasaan luka
5. Mengidentifikasi makna tindak tutur menyatakan perasaan senang
6. Merespon dan mengungkapkan tindak tutur menyatakan perasaan lega
7. Mengidentifikasi makna tindak tutur menyatakan perasaan luka
8. Merespon dan mengungkapkan tindak tutur menyatakan perasaan senang
9. Mengidentifikasi makna tindak tutur menyatakan perasaan lega
10. Merespon dan mengungkapkan tindak tutur menyatakan perasaan senang
11. Mengidentifikasi kontek situasi

V. MATERI PEMBELAJARAN :
• Menyatakan perasaan
• Relief:
Mis: A: I feel so relieved
B: I can see that
• Pain:
Mis: A: Ouch ! It hurt so much
B: I’am glad you lie it
• Pleasure
Mis: A: I’am so pleased
B:.I’am glad you like

VI. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Langkah-Langkah Kegiatan
Pertemuan 1
1. Kegiatan Awal (10’)
Apersepsi : mereview ungkapan ungkapan menyatakan perasaan lega
Menyepakati tujuan pembelajaran
Menyampaiakan rambu pembelajaran
Memotivasi siswa
2. Kegiatan Inti (70’)
Eksplorasi
Siswa mendengarkan teks lisan percakapan menyatakan perasaan lega
Siswa menemukan informasi tertentu dan informasi rinci dari teks lisan
Siswa menemukan ungkapan ungkapan yang dipakai
Siswa dan guru membahas ungkapan ungkapan yang dipakai
Elaborasi
Secara berpasangan siswa membaca text percakapan menyatakan perasaan lega
Secara berpasangan siswa berdiskusi membuat text percakapan untuk menyakatan perasaan lega
Siswa mempraktekkan percakapan untuk menyakatan perasaan lega
Siswa menemukan linguistic feature dan informasi dari teks percakapan

Konfirmasi
Siswa menyampaikan hasil diskusi dan praktek percakapan
Siswa merevisi hasil diskusi berdasar feedback dari guru dan teman
Siswa membuat refleksi
3. Kegiatan Akhir (10’)
Siswa membuat kesimpulan / rangkuman
Siswa membuat refleksi
Siswa mendapatkan tugas terstruktur: membuat percakapan tentang menyatakan perasaan lega
Siswa mendapat tugas mandiri tak terstruktur : menulis paragraph yang isinya menyatakan perasaan

Pertemuan 2 :
Langkah-Langkah Kegiatan
1.Kegiatan Awal (10’)
Apersepsi : mereview ungkapan ungkapan untuk menyatakan perasaan sakit/luka
Menyepakati tujuan pembelajaran
Menyampaiakan rambu pembelajaran
Memotivasi siswa
2.Kegiatan Inti (70’)
Eksplorasi
Siswa mendengarkan teks lisan percakapan untuk menyatakan perasaan sakit/luka
Siswa menemukan informasi tertentu dan informasi rinci dari teks lisan
Siswa menemukan ungkapan ungkapan yang dipakai
Siswa dan guru membahas ungkapan ungkapan yang dipakai
Elaborasi
Secara berpasangan siswa membaca text percakapan untuk menyatakn perasaan sakit/ luka
Secara berpasangan siswa berdiskusi membuat text percakapan
Siswa mempraktekkan percakapan untuk memperingatkan
Siswa menemukan linguistic feature dan informasi dari teks percakapan
Konfirmasi
Siswa menyampaikan hasil diskusi dan praktek percakapan
Siswa merevisi hasil diskusi berdasar feedback dari guru dan teman
Siswa membuat refleksi
3. Kegiatan Akhir (10’)
Siswa membuat kesimpulan / rangkuman
Siswa membuat refleksi
Siswa mendapatkan tugas terstruktur membuat percakapan untuk menyatakan sakit/luka
Siswa mendapat tugas mandiri tak terstruktur : menulis cerita yang menyatakan perasaan sakit atau luka

Pertemuan 3 :
Langkah-Langkah Kegiatan
1.Kegiatan Awal (10’)
Apersepsi : mereview ungkapan ungkapan menyatakan perasaan senang
Menyepakati tujuan pembelajaran
Menyampaiakan rambu pembelajaran
Memotivasi siswa
2.Kegiatan Inti (70’)
Eksplorasi
Siswa mendengarkan teks lisan percakapan menyatakan perasaan senang
Siswa menemukan informasi tertentu dan informasi rinci dari teks lisan
Siswa menemukan ungkapan ungkapan yang dipakai
Siswa dan guru membahas ungkapan ungkapan yang dipakai
Elaborasi
Secara berpasangan siswa membaca text percakapan menyatakan perasaan senang
Secara berpasangan siswa berdiskusi membuat text percakapan
Siswa mempraktekkan percakapan untuk memperingatkan
Siswa menemukan linguistic feature dan informasi dari teks percakapan

Konfirmasi
Siswa menyampaikan hasil diskusi dan praktek percakapan
Siswa merevisi hasil diskusi berdasar feedback dari guru dan teman
Siswa membuat refleksi
3. Kegiatan Akhir (10’)
Siswa membuat kesimpulan / rangkuman
Siswa membuat refleksi
Siswa mendapatkan tugas terstruktur membuat percakapan untuk menyatakan perasaan senang
Siswa mendapat tugas mandiri tak terstruktur : menulis cerita yang menyatakan perasaan senang

V. SUMBER / BAHAN / ALAT :
Interlangauge English for Senior High School XI
Look Ahead (Erlangga)
Kaset, CD

VI. Penilaian:
Tertulis (PG dan Uraian)
Tugas : performance test speaking , text percapakan dan monolog
Quiz :
Scoring system :
Unsur yang dinilai dalam percakapan dan menulis
Percakapan : content, diction, grammar, performance
Menulis : content, text structure, diction, grammar, mechanic
Score dimulai dari 60- 70, 70-80, 80-90, 90-100


Mengetahui Purworejo, 20 Juli 2010
Kepala SMA Negeri 5 Purworejo Guru Mata Pelajaran


Nikmah Nurbaity M.Pd Nikmah Nurbaity M.Pd
196801151993032005 196801151993032005

PENDIDIKAN BERTARAF INTERNASIONAL

OLEH

NIKMAH NURBAITY

Sma n 5 Purworejo



RSBI Rintisan sekolah bertaraf internasional begitu dekat dengan telinga kita sekarang ini. Ada pertanyaan besar, kingintahuan yang tinggi apa sebenarnya RSBI itu? Kita sebelumnya sudah sering mendengar sekolah internasional. Lalu apa perbedaan Sekolah bertaraf internasional dan sekolah internasional ?

Leach (1999) membedakan sekolah internasional adalah sekolah yang siswanya berasal dari berbagai negara biasanya dibiayai oleh pemerintah. Sedangkan sekolah berwawasan internasional merupakan sekolah swasta dan beberapa sekolah negeri yang memproklamirkan diri sebagai sekolah berwawasan internasional dan berorientasi internasional dan biasanya terdiri dari siswa siswa dari satu negara.

Dijelaskan juga sekolah berwawasan internasional adalah sekolah yang memberikan pendidikan internasional. Dikatakan bahwa pendidikan internasional bisa dialami oleh siswa siswa yang belajar di sebuah sekolah yang sama sekali tidak berlabel sekolah inetrnasional (Hayden and Thompson 1995). Pasternak (1998) menjelaskan yang dimaksud pendidikan inetrnasional adalah pendidikan yang mengaplikasikan sistem terbuka di era global yang mendorong interaksi dengan masyarakat lokal tetapi ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang diajarkan berwawasan internasional.



Bagaimana dengan di Indonesia? Pelaksanaan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional atau RSBI. telah diluncurkan sejak tahun 2006. Hal ini dinyatakan dalam Undang Undang no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 50 ayat 3 bahwa pemerintah pusat atau pemerintah daerah membuka paling tidak satu sekolah di masing masing tingkatan untuk dikembangkan menjadi sekolah bertaraf internasional. Ini merupakan jawaban tuntutan Undang Undang Sisdiknas dan tuntutan era global yang menghendaki kompetensi daya saing dalam SDM, tekhnologi dan managemen. Kemajuan tekhnologi akan mengurangi biaya produksi, meningkatkan nilai tambah, memperluas variasi produk dan meningkatkan kualitas produk. Keunggulan managemen akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi. Keungggulan sumber daya manusia adalah kunci daya saing karena manusialah yang akan menjaga peradaban, pembangunan dan kemenangan dalam setiap persaingan.

Adaptasi dan adopsi program pendidikan internasional diterapkan untuk mengembangkan pendidikan Indonesia dengan masih menjaga nilai nilai Indonesia, tidak bertentangan dengan nilai nilai dasar yang ada di Indonesia. Siswa diharapkan berkomunikasi dan berkolaborasi dengan masyarakat internasional dan ini membutuhkan kemampuan berbahasa Inggris. Kurikulum di RSBi adalah kurikulum nasional plus atau SNP + X artinya kurikulum yang dilaksanakan adalah kurikulum nasional ditambah kurikulum adopsi dari sekolah lain yang bertaraf internasional dan diakui mempunyai reputasi dan kualitas internasional seperti Cambridge, IB, TOEFL/TOEIC, ISO, UNESCO. ( Depdiknas, 2009). Proses belajar mengajar di RSBI dilaksanakan dengan bahasa Inggris untuk membekali siswa dengan kemampuan berbahasa Inggris. Pada tahun pertama pelaksanaan RSBI ilmu ilmu Ipa seperti kimia, matematika, fisika dan biologi disampaikan secara dua bahasa dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dengan 20% bahasa Inggris. Tahun ke dua menggunakan bahasa Inggris 50 % dan pada tahun ke tiga menggunakan bahasa Inggris 100%. (Depdiknas, 2008)

Di Purworejo kabupaten kita tercinta saat ini sudah ada beberapa sekolah RSBI dari SMA 1, SMA 7 , SMK 1, dan SMP 3 Purworejo. Adalah merupakan sebuah kebanggaan memiliki beberapa sekolah bertaraf internasional di kabupaten kita yang harapannya mampu menghsilkan lulusan yang ber wawasan global, berkompetensi setara lulusan lulusan dari sekolah dari negara maju, memahami budaya internasional dan berdaya saing tinggi seperti lulusan sekolah sekolah di Inggris, Jepang, Amerika dan negara OECD lainnya. Tentu saja ini bukan hal yang mudah tetapi langkah nyata dan usaha keras dari RSBi di kabupaten Purworejo patut menjadi kebanggaan dan mendapat penghargan yang tinggi. Tentu ada kekurangan dan kelemahan yang masih harus dibenahi karena tidak ada sesuatu yang sedemikian mudah untuk diraih dan diwujudkan.

Yang menjadi pertanyaan besar, bagaimana dengan sekolah lainnya? 25 SMA, 90 SMP negeri dan swasta, sekitar 40 SMK negeri dan swasta lainnya? Apakah berarti mereka tidak mungkin mendapatkan pendidikan berwawasan internasional? Apakah juga semua guru, siswa dan staff di RSBI sudah berwawasan internasional tanpa meninggalkan jati diri nasional kita? Untuk bisa menghasilkan siswa siswa berkualitas internasional, sudahkan juga guru guru kita membekali diri dengan kompetensi internasional? Apakah guru dan kepala sekolah non RSBI merasa “aman” karena tidak dituntut untuk “bertaraf intrnasional?” Kita ambil satu anotasi diatas bahwa bisa saja siswa di sekolah biasa mendapatkan pendidikan berwawasan internasional. Ini yang harus kita tawarkan kepada siswa siswa di sekolah lain di Purworejo yang belum atau tidak berlabel RSBI. Adalah tantangan bagi penyelenggara pendidikan untuk memberikan pendidikan internasional bagi siswa di era globalisasi saat ini dimana akses terhadap dunia internasional demikian mudah, cepat dan terbuka. Hanya dalam hitungan detik siswa dan kita bisa langsung terkoneksi dengan sekolah sekolah di luar negeri, mendapatkan materi materi pembelajaran berkelas dunia dan berkomunikasi dengan siswa/guru dan rekan di seluruh dunia. Merupakan keharusan bagi sekolah untuk membekali siswa di sekolah yang bukan RSBi dengan kompetensi internasional.

Kompetensi internasional seperti apa yang dijarakan di RSBi atau seharusnya dikenalkan di sekolah non RSBI? Dari standar kompetensi siswa RSBI ada banyak sekali yang harus merupakan ciri lulusan RSBI atau lulusan sekolah yang ingin berwawasan internasional, antara lain karakteristik masyarakat global : Memiliki ketrampilan dasar: membaca, menulis, berhitung dan belajar sepanjang hayat. Ini kompetensi yang pertama, yang nampak sederhana tetapi ambil satu saja, membaca dan menulis. Kemampuan dan kemauan membaca kita sangat rendah. Masyarakat negara maju membaca rata rata 2 buku sehari kita rata rata 2 halaman sehari, bagaimana kita mau bertaraf internasional? Masih ingtakan kita 5 judul buku yang terakhir kita baca? Kompetensi menulis, berapa banyak tulisan kita yang dipublikasikan dan dibaca orang lain? Kompetensi lainnya yaitu : Berpikir kreatif, Memotivasi diri, Menyusun pertimbangan, Berkomunikasi lintas budaya, Bekerja dalam tim, Melakukan negosiasi, Memecahkan konflik, Kesadaran perbedaan nilai dan norma sosial, Kemampuan berbahasa asing, berjati diri Berintegritas , moral dan akhlak yang tinggi, Belajar sepanjang hayat, mencari mengorganisasi, dan memproses informasi, Membaca dan menulis dengan baik , Konsisten dan bertanggung jawab terhadap tugas, Berpikir kuat dan luas: deduktif, induktif, ilmiah, kritis, kreatif , inovatif dan eksperimentif untuk ide ide baru, intrapersonal competence tinggi, Penguasan technologi dasar dan canggih, Bekerja sama dengan pihak lain lokal nasional, regional dan global, Kemampuan mengkomunikasikan ide dalam bhs ind dan bhs asing / inggris, Kemampuan mengelola kegiatan, Kemampuan memecahkan masalah dan mengambil keputusan, Terampil menggunakan ICT, Memahami budaya negara lain, Menghasilkan karya bermanfaat bagi diri sendiri dan bangsa.

Pendidikan berwawsan internasional dilihat dari kompetensi tersebut, sekolah mana saja bisa mengkondisikan sesuai dengan kemampuan dan keunggulan sekolah masing masing. Ada banyak sekali kompetensi internasional yang bisa diajarkan di sekolah. Tidak mungkin semuanya tetapi banyak kompetensi internasional tersebut , misalnya ICT. Sangat dimungkin kompetnsi ICT diajarkan di sekolah mana saja dengan akses internet yang sudah sangat mudah saat ini. E-learning, cyberclass dan pemebelajarn berbasis inetrnet merupakan alternatif yang bagus. Belajar sepanjang hayat adalah ciri kompetensi internasional dan ini bisa diajarkan untuk siswa guru dan staff di sekolah mana saja. Tidak berhenti belajar. Bagaimana dengan kita? Berkomunikasi lintas budaya dan memahami budaya lain adalah salah satu ciri internasional mindset.

Budaya internasional seperti bersih, tertib, tepat waktu, apresiasi tinggi, bekerja keras, disiplin, berprestasi, berkompetisi, beekompetensi tinggi, berdaya saing dan berkomunikasi dengan baik , bernegosiasi dan lain lain, seharusnya menjadi nilai nilai yang terinternalisasi kalau kita memang siap menjadi bertaraf internasional baik kita bersekolah di RSBI maupun di non RSBI. Karena kalau tidak RSBI tidak akan berarti banyak dan yang non RSBI semakin tertinggal jauh di belakang. Dan kita yakin kita mampu memulainya dan mampu mewujudkan program besar kita memberikan pendidikan bertaraf internasional..untuk anak anak kita pemilik masa depan negeri ini

salam



Purworejo, 19 September 2010

PENILAIAN PSIKOMOTOR, DEPDIKNAS

BAB I
PENDAHULUAN



A. Latar Belakang

Pasal 25 (4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menjelaskan bahwa kompetensi lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ini berarti bahwa pembelajaran dan penilaian harus mengembangkan kompetensi peserta didik yang berhubungan dengan ranah afektif (sikap), kognitif (pengetahuan), dan psikomotor (keterampilan).

Pada umumnya penilaian yang dilakukan oleh pendidik lebih menekankan pada penilaian ranah kognitif. Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena pendidik kurang memahami penilaian ranah afektif dan psikomotor. Oleh karena itu perlu adanya acuan untuk mengembangkan perangkat penilaian psikomotor.

B. Tujuan

Pengembangan perangkat penilaian psikomotor ini disusun dengan tujuan agar guru:
1. memiliki kesamaan pemahaman mengenai penilaian psikomotor;
2. mampu mengembangkan perangkat penilaian psikomotor.


C. Ruang Lingkup

Pengembangan perangkat penilaian psikomotor ini membahas tentang penilaian psikomotor, pengembangan instrumen penilaian psikomotor dan pedoman penskorannya, serta pelaporan hasil penilaian psikomotor.


BAB II
PENILAIAN PSIKOMOTOR



A. Pengertian Psikomotor

Hasil belajar peserta didik dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain secara eksplisit. Apapun mata pelajarannya selalu mengandung tiga ranah itu, namun penekanannya berbeda. Mata pelajaran yang menuntut kemampuan praktik lebih menitik beratkan pada ranah psikomotor sedangkan mata pelajaran yang menuntut kemampuan teori lebih menitik beratkan pada ranah kognitif, dan keduanya selalu mengandung ranah afektif.

Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir, termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya.

Berkaitan dengan psikomotor, Bloom (1979) berpendapat bahwa ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Singer (1972) menambahkan bahwa mata pelajaran yang berkaitan dengan psikomotor adalah mata pelajaran yang lebih beorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi–reaksi fisik dan keterampilan tangan. Keterampilan itu sendiri menunjukkan tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu.

Menurut Mardapi (2003), keterampilan psikomotor ada enam tahap, yaitu: gerakan refleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual, gerakan fisik, gerakan terampil, dan komunikasi nondiskursif. Gerakan refleks adalah respons motorik atau gerak tanpa sadar yang muncul ketika bayi lahir. Gerakan dasar adalah gerakan yang mengarah pada keterampilan komplek yang khusus. Kemampuan perseptual adalah kombinasi kemampuan kognitif dan motorik atau gerak. Kemampuan fisik adalah kemampuan untuk mengembangkan gerakan terampil. Gerakan terampil adalah gerakan yang memerlukan belajar, seperti keterampilan dalam olah raga. Komunikasi nondiskursif adalah kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan gerakan.

Buttler (1972) membagi hasil belajar psikomotor menjadi tiga, yaitu: specific responding, motor chaining, rule using. Pada tingkat specific responding peserta didik mampu merespons hal-hal yang sifatnya fisik, (yang dapat didengar, dilihat, atau diraba), atau melakukan keterampilan yang sifatnya tunggal, misalnya memegang raket, memegang bed untuk tenis meja. Pada motor chaining peserta didik sudah mampu menggabungkan lebih dari dua keterampilan dasar menjadi satu keterampilan gabungan, misalnya memukul bola, menggergaji, menggunakan jangka sorong, dll. Pada tingkat rule using peserta didik sudah dapat menggunakan pengalamannya untuk melakukan keterampilan yang komplek, misalnya bagaimana memukul bola secara tepat agar dengan tenaga yang sama hasilnya lebih baik.

Dave (1967) dalam penjelasannya mengatakan bahwa hasil belajar psikomotor dapat dibedakan menjadi lima tahap, yaitu: imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi. Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan sederhana dan sama persis dengan yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya. Contohnya, seorang peserta didik dapat memukul bola dengan tepat karena pernah melihat atau memperhatikan hal yang sama sebelumnya. Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum pernah dilihat tetapi berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja. Sebagai contoh, seorang peserta didik dapat memukul bola dengan tepat hanya berdasarkan pada petunjuk guru atau teori yang dibacanya. Kemampuan tingkat presisi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan yang akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang tepat. Contoh, peserta didik dapat mengarahkan bola yang dipukulnya sesuai dengan target yang diinginkan. Kemampuan pada tingkat artikulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan yang komplek dan tepat sehingga hasil kerjanya merupakan sesuatu yang utuh. Sebagai contoh, peserta didik dapat mengejar bola kemudian memukulnya dengan cermat sehingga arah bola sesuai dengan target yang diinginkan. Dalam hal ini, peserta didik sudah dapat melakukan tiga kegiatan yang tepat, yaitu lari dengan arah dan kecepatan tepat serta memukul bola dengan arah yang tepat pula. Kemampuan pada tingkat naturalisasi adalah kemampuan melakukan kegiatan secara reflek, yakni kegiatan yang melibatkan fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi. Sebagai contoh tanpa berpikir panjang peserta didik dapat mengejar bola kemudian memukulnya dengan cermat sehingga arah bola sesuai dengan target yang diinginkan.

Untuk jenjang Pendidikan SMA, mata pelajaran yang banyak berhubungan dengan ranah psikomotor adalah pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, seni budaya, fisika, kimia, biologi, dan keterampilan. Dengan kata lain, kegiatan belajar yang banyak berhubungan dengan ranah psikomotor adalah praktik di aula/lapangan dan praktikum di laboratorium. Dalam kegiatan-kegiatan praktik itu juga ada ranah kognitif dan afektifnya, namun hanya sedikit bila dibandingkan dengan ranah psikomotor.


B. Pembelajaran Psikomotor

Menurut Ebel (1972), ada kaitan erat antara tujuan yang akan dicapai, metode pembelajaran, dan evaluasi yang akan dilaksanakan. Oleh karena ada perbedaan titik berat tujuan pembelajaran psikomotor dan kognitif maka strategi pembelajarannya juga berbeda. Menurut Mills (1977), pembelajaran keterampilan akan efektif bila dilakukan dengan menggunakan prinsip belajar sambil mengerjakan (learning by doing). Leighbody (1968) menjelaskan bahwa keterampilan yang dilatih melalui praktik secara berulang-ulang akan menjadi kebiasaan atau otomatis dilakukan. Sementara itu Goetz (1981) dalam penelitiannya melaporkan bahwa latihan yang dilakukan berulang-ulang akan memberikan pengaruh yang sangat besar pada pemahiran keterampilan. Lebih lanjut dalam penelitian itu dilaporkan bahwa pengulangan saja tidak cukup menghasilkan prestasi belajar yang tinggi, namun diperlukan umpan balik yang relevan yang berfungsi untuk memantapkan kebiasaan. Sekali berkembang maka kebiasaan itu tidak pernah mati atau hilang.
Sementara itu, Gagne (1977) berpendapat bahwa kondisi yang dapat mengoptimalkan hasil belajar keterampilan ada dua macam, yaitu kondisi internal dan eksternal. Untuk kondisi internal dapat dilakukan dengan cara (a) mengingatkan kembali bagian dari keterampilan yang sudah dipelajari, dan (b) mengingatkan prosedur atau langkah-langkah gerakan yang telah dikuasai. Sementara itu untuk kondisi eksternal dapat dilakukan dengan (a) instruksi verbal, (b) gambar, (c) demonstrasi, (d) praktik, dan (e) umpan balik.

Dalam melatihkan kemampuan psikomotor atau keterampilan gerak ada beberapa langkah yang harus dilakukan agar pembelajaran mampu membuahkan hasil yang optimal. Mills (1977) menjelaskan bahwa langkah-langkah dalam mengajar praktik adalah (a) menentukan tujuan dalam bentuk perbuatan, (b) menganalisis keterampilan secara rinci dan berutan, (c) mendemonstrasikan keterampilan disertai dengan penjelasan singkat dengan memberikan perhatian pada butir-butir kunci termasuk kompetensi kunci yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dan bagian-bagian yang sukar, (d) memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba melakukan praktik dengan pengawasan dan bimbingan, (e) memberikan penilaian terhadap usaha peserta didik.

Edwardes (1981) menjelaskan bahwa proses pembelajaran praktik mencakup tiga tahap, yaitu (a) penyajian dari pendidik, (b) kegiatan praktik peserta didik, dan (c) penilaian hasil kerja peserta didik. Guru harus menjelaskan kepada peserta didik kompetensi kunci yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tertentu. Kompetensi kunci adalah kemampuan utama yang harus dimiliki seseorang agar tugas atau pekerjaan dapat diselesaikan dengan cara benar dan hasilnya optimal. Sebagai contoh, dalam memukul bola, kompetensi kuncinya adalah kemampuan peserta didik menempatkan bola pada titik ayun. Dengan cara ini, tenaga yang dikeluarkan hanya sedikit namun hasilnya optimal. Contoh lain, dalam mengendorkan mur dari bautnya, kompetensi kuncinya adalah kemampuan peserta didik memegang kunci pas secara tepat yakni di ujung kunci. Dengan cara ini tenaga yang dikeluarkan untuk mengendorkan mur jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan pengendoran mur dengan cara memegang kunci pas yang tidak tepat.

Dalam proses pembelajaran keterampilan, keselamatan kerja tidak boleh dikesampingkan, baik bagi peserta didik, bahan, maupun alat. Leighbody (1968) menjelaskan bahwa keselamatan kerja tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran psikomotor. Guru harus menjelaskan keselamatan kerja kepada peserta didik dengan sejelas-jelasnya. Oleh karena kompetensi kunci dan keselamatan kerja merupakan dua hal penting dalam pembelajaran keterampilan, maka dalam penilaian kedua hal itu harus mendapatkan porsi yang tinggi.


C. Penilaian Hasil Belajar Psikomotor

Ada beberapa ahli yang menjelaskan cara menilai hasil belajar psikomotor. Ryan (1980) menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan dapat diukur melalui (1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya. Sementara itu Leighbody (1968) berpendapat bahwa penilaian hasil belajar psikomotor mencakup: (1) kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja, (2) kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-urutan pengerjaan, (3) kecepatan mengerjakan tugas, (4) kemampuan membaca gambar dan atau simbol, (5) keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan.

Dari penjelasan di atas dapat dirangkum bahwa dalam penilaian hasil belajar psikomotor atau keterampilan harus mencakup persiapan, proses, dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu pada waktu peserta didik melakukan praktik, atau sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes peserta didik.

BAB III
PENGEMBANGAN PERANGKAT PENILAIAN PSIKOMOTOR


A. Jenis Perangkat Penilaian Psikomotor

Untuk melakukan pengukuran hasil belajar ranah psikomotor, ada dua hal yang perlu dilakukan oleh pendidik, yaitu membuat soal dan membuat perangkat/ instrumen untuk mengamati unjuk kerja peserta didik. Soal untuk hasil belajar ranah psikomotor dapat berupa lembar kerja, lembar tugas, perintah kerja, dan lembar eksperimen. Instrumen untuk mengamati unjuk kerja peserta didik dapat berupa lembar observasi atau portofolio.

Lembar observasi adalah lembar yang digunakan untuk mengobservasi keberadaan suatu benda atau kemunculan aspek-aspek keterampilan yang diamati. Lembar observasi dapat berbentuk daftar periksa/check list atau skala penilaian (rating scale). Daftar periksa berupa daftar pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya tinggal memberi check (centang) pada jawaban yang sesuai dengan aspek yang diamati. Skala penilaian adalah lembar yang digunakan untuk menilai unjuk kerja peserta didik atau menilai kualitas pelaksanaan aspek-aspek keterampilan yang diamati dengan skala tertentu, misalnya skala 1 - 5. Portofolio adalah kumpulan pekerjaan peserta didik yang teratur dan berkesinambungan sehingga peningkatan kemampuan peserta didik dapat diketahui untuk menuju satu kompetensi tertentu.


B. Konstruksi Instrumen

Sama halnya dengan soal ranah kognitif, soal untuk penilaian ranah psikomotor juga harus mengacu pada standar kompetensi yang sudah dijabarkan menjadi kompetensi dasar. Setiap butir standar kompetensi dijabarkan minimal menjadi 2 kompetensi dasar, setiap butir kompetensi dasar dapat dijabarkan menjadi 2 indikator atau lebih, dan setiap indikator harus dapat dibuat butir soalnya. Indikator untuk soal psikomotor dapat mencakup lebih dari satu kata kerja operasional.

Selanjutnya, untuk menilai hasil belajar peserta didik pada soal ranah psikomotor perlu disiapkan lembar daftar periksa observasi, skala penilaian, atau portofolio. Tidak ada perbedaan mendasar antara konstruksi daftar periksa observasi dengan skala penilaian. Penyusunan kedua instrumen itu harus mengacu pada soal atau lembar perintah/lembar kerja/lembar tugas yang diberikan kepada peserta didik. Berdasarkan pada soal atau lembar perintah/lembar tugas dibuat daftar periksa observasi atau skala penilaian. Pada umumnya, baik daftar periksa observasi maupun skala penilaian terdiri atas tiga bagian, yaitu: (1) persiapan, (2) pelaksanaan, dan (3) hasil.


C. Penyusunan Rancangan Penilaian

Sebaiknya guru merancang secara tertulis sistem penilaian yang akan dilakukan selama satu semester. Rancangan penilaian ini sifatnya terbuka, sehingga peserta didik, guru lain, dan kepala sekolah dapat melihatmya.

Langkah-langkah penulisan rancangan penilaian adalah:
1. Mencermati silabus yang sudah ada
2. Menyusun rancangan sistem penilaian berdasarkan silabus yang telah disusun

Selanjutnya, rancangan penilaian ini diinformasikan kepada peserta didik pada awal semester. Dengan demikian sistem penilaian yang dilakukan guru semakin sempurna atau semakin memenuhi prinsip – prinsip penilaian.


D. Penyusunan Kisi-kisi

Kisi-kisi merupakan matriks yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan dibuat. Kisi-kisi merupakan acuan bagi penulis soal, sehingga siapapun yang menulis soal akan menghasilkan soal yang isi dan tingkat kesulitannya relatif sama. Contoh kisi-kisi soal ranah psikomotor adalah sebagai berikut.


CONTOH KISI-KISI PENILAIAN

Jenis Sekolah : Sekolah Menengah Atas (SMA)
Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
Jenis Tagihan : Ulangan Harian
Jumlah Soal/Waktu : 1/30 menit
Standar Kompetensi : 1. Mempraktikkan berbagai keterampilan permainan olahraga dalam bentuk sederhana dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya

Kompetensi Dasar Bahan kelas/Sem Materi Pembelajaran Indikator Bentuk soal Nomor soal

1.3 Mempraktikkan keterampilan atletik dengan menggunakan peraturan yang dimodifikasi serta nilai kerjasama, kejujuran, menghargai, semangat, dan percaya diri

X / 1
Lari cepat 100 meter
Mendemons-trasikan lari cepat dengan teknik yang benar

Tes perbuatan


E. Penyusunan Instrumen Penilaian Psikomotor

Instrumen Penilaian psikomotor terdiri atas soal atau perintah dan pedoman penskoran untuk menilai unjuk kerja peserta didik dalam melakukan perintah/soal tersebut.

1. Penyusunan soal

Langkah pertama yang harus dilakukan oleh penulis soal ranah psikomotor adalah mencermati kisi-kisi instrumen yang telah dibuat. Soal harus dijabarkan dari indikator dengan memperhatikan materi pembelajaran. Pada contoh kisi-kisi di atas, dapat dibuat soal sebagai berikut:
”Demonstrasikan/lakukan lari cepat 100 meter dengan teknik yang benar. Perhatikan posisi mulai, teknik mulai, teknik lari, dan teknik memasuki garis finish”.

Soal ranah psikomotor untuk ulangan tengah semester dan akhir semester yang biasanya sudah mencapai tingkat psikomotor manipulasi, mencakup beberapa indikator.

2. Pedoman penskoran

Pedoman penskoran dapat berupa daftar periksa observasi atau skala penilaian yang harus mengacu pada soal. Soal/lembar tugas/perintah kerja ini selanjutnya dijabarkan menjadi aspek-aspek keterampilan yang diamati. Untuk soal dari contoh kisi-kisi di atas, cara menuliskan daftar periksa observasi atau skal penilaiannya sebagai berikut.
a. Mencermati soal (dalam hal ini lari cepat 100 m)
b. Mengidentifikasi aspek-aspek keterampilan kunci dalam lari 100 m; dalam hal ini aspek –aspek keterampilan kunci itu adalah : (1) posisi mulai (starting position), (2) teknik mulai (starting action), (3) teknik lari (sprinting action), dan (4) teknik memasuki garis finish (finishing action).
c. Mengidentifikasi aspek-aspek keterampilan dari setiap aspek keterampilan kunci (dalam hal ini aspek keterampilan kunci posisi mulai/starting position dirinci menjadi aspek keterampilan memposisikan kaki, tangan, badan, pandangan mata, dan posisi tungkai pada saat aba-aba “siap”).
d. Menentukan jenis instrumen untuk mengamati kemampuan peserta didik, apakah daftar periksa observasi atau skala penilaian
e. Menuliskan aspek-aspek keterampilan dalam bentuk pertanyaan/ pernyataan ke dalam tabel
f. Membaca kembali skala penilaian atau daftar periksa observasi untuk meyakinkan bahwa instrumen yang ditulisnya sudah tepat
g. Meminta orang lain untuk membaca atau menelaah instrumen yang telah ditulis untuk meyakinkan bahwa instrumen itu mudah dipahami oleh orang lain.

Langkah (f) adalah upaya penulis agar instrumen memiliki validitas isi tinggi, sedangkan langkah (g) adalah upaya penulis agar instrumen memiliki reliabilitas tinggi.


BAB IV
PENILAIAN RANAH PSIKOMOTOR


Tidak jauh berbeda dengan penilaian ranah kognitif, penilaian ranah psikomotor juga dimulai dengan pengukuran hasil belajar peserta didik. Perbedaan di antara keduanya adalah pengukuran hasil belajar ranah kognitif umumnya dilakukan dengan tes tertulis, sedangkan pengukuran hasil belajar ranah psikomotor menggunakan tes unjuk kerja atau tes perbuatan.

A. Kriteria (Rubrics)

Kriteria atau rubrik adalah pedoman penilaian kinerja atau hasil kerja peserta didik. Dengan adanya kriteria, penilaian yang subjektif atau tidak adil dapat dihindari atau paling tidak dikurangi, guru menjadi lebih mudah menilai prestasi yang dapat dicapai peserta didik, dan peserta didik pun akan terdorong untuk mencapai prestasi sebaik-baiknya karena kriteria penilaiannya jelas.

Rubrik terdiri atas dua hal yang saling berhubungan. Hal pertama adalah skor dan hal lainnya adalah kriteria yang harus dipenuhi untuk mencapai skor itu. Banyak sedikitnya gradasi skor (misal 5, 4, 3, 2, 1) tergantung pada jenis skala penilaian yang digunakan dan hakikat kinerja yang akan dinilai. Contoh rubrik dan penggunaannya pada lembar skala penilaian sebagai berikut.


Berilah centang () di bawah skor 5 bila Anda anggap cara melakukan aspek keterampilan sangat tepat, skor 4 bila tepat, 3 bila agak tepat, 2 bila tidak tepat, dan skor 1 bila sangat tidak tepat untuk setiap aspek keterampilan di bawah ini!

Starting Position
01 Waktu jongkok lutut kaki belakang ada di depan ujung kaki lainnya
02 Kedua tangan di tanah, siku lurus, empat jari agak rapat mengarah ke samping luar.
03 Waktu jonkok posisi punggung segaris dengan kepala
04 Pandangan kira-kira 1 meter di depan garis start
05 Waktu aba-aba siap, posisi tungkai depan ± 90° dan tungkai belakang 100°-120°

Tampak dalam skala penilaian di atas bahwa penilai harus bekerja keras untuk menilai apakah aspek keterampilan yang muncul itu sangat tepat sehingga harus diberi skor 5, atau agak tepat sehingga skornya 3. Oleh karena itu, dalam menggunakan skala penilaian ini harus dilakukan secermat mungkin agar skor yang didapat menunjukkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya.

Sedikit berbeda dengan skala penilaian, skor yang ada di lembar daftar periksa observasi tidak banyak bervariasi, biasanya hanya dua pilihan, yaitu: ada atau “ya” dengan skor 1 dan “tidak” dengan skor 0. Kriteria (rubrik) dan penggunaannya pada datar periksa observasi dapat dilihat pada contoh berikut.

Berilah centang (√) di bawah kata “ya” bila aspek keterampilan yang dinyatakan itu muncul dan benar, dan berilah centang di bawah kata “tidak” bila aspek keterampilan itu muncul tetapi tidak benar atau aspek itu tidak muncul sama sekali. Kata “ya” diberi skor 1, dan kata “tidak” diberi skor 0.

Butir Aspek keterampilan Jawaban
Ya Tidak
Starting Position
01 Waktu jongkok lutut kaki belakang ada di depan ujung kaki lainnya
02 Kedua tangan di tanah, siku lurus, empat jari agak rapat mengarah ke samping luar.
03 Waktu jonkok posisi punggung segaris dengan kepala
04 Pandangan kira-kira 1 meter di depan garis start
05 Waktu aba-aba siap, posisi tungkai depan ± 90° dan tungkai belakang 100°-120°


B. Penskoran dan Interpretasi Hasil Penilaian

Hal pertama yang harus diperhatikan dalam melakukan penskoran adalah ada atau tidak adanya perbedaan bobot tiap-tiap aspek keterampilan yang ada dalam skala penilaian atau daftar periksa observasi. Apabila tidak ada perbedaan bobot maka penskorannya lebih mudah. Skor akhir sama dengan jumlah skor tiap-tiap butir penilaian.

Selanjutnya untuk menginterpretasikan, hasil yang dicapai dibandingkan dengan acuan atau kriteria. Oleh karena pembelajaran ini menggunakan pendekatan belajar tuntas dan berbasis kompetensi maka acuan yang digunakan untuk menginterpretasikan hasil penilaian kinerja dan hasil kerja peserta didik adalah acuan kriteria.


Untuk contoh lembar penilaian “Lari cepat 100 meter” yang butirnya ada 20 dengan rentang skor tiap butir 1 sampai dengan 5, maka skor minimalnya 20 dan skor maksimalnya 100. Ini berarti bahwa peserta didik yang mendapat skor 20 diartikan gagal total, sedangkan peserta didik yang mendapat skor 100 diartikan berhasil secara sempurna. Sebagai contoh perhatikan tabel dan penjelasan berikut.

 Starting Position
Posisi lutut waktu jongkok
Posisi tangan waktu jongkok
Posisi punggung waktu jongkok
Pandangan mata saat start
Posisi tungkai saat aba-aba siap



Gerakan kaki dan tangan saat mulai lari
Posisi lutut saat kaki kiri menolak pada waktu lari dimulai
Kecepatan gerakan kaki kanan setelah kaki kiri digerakkan
Jangkauan ayunan dan ketinggian kaki kanan
Posisi lutut saat kaki kanan mendarat di tanah


Keadaan lutut kaki belakang saat menolak ke depan
Keadaan telapak kaki saat kaki depan menapak ke tanah
Sumber ayunan lengan saat lari
Posisi siku saat lari
Posisi badan saat lari


Finishing Action
Gerakan kaki saat masuk finish
Pandangan mata saat masuk finish
Kecepatan saat masuk finish
Posisi badan saat masuk finish
Kecepatan lari setelah masuk finish

JUMLAH

Apabila ditetapkan batas kelulusan 75% dari skor maksimal maka peserta didik yang mendapat skor 75 ke atas dikatakan lulus sedangkan peserta didik yang mendapat skor kurang dari 75 diharuskan mengikuti program remedial. Dalam contoh ini, karena skor yang dicapai peserta didik adalah 67, maka peserta didik itu masih perlu remedi.

Apabila tiap-tiap aspek keterampilan tidak sama bobotnya, maka skor akhir yang dicapai peserta didik sama dengan jumlah skor tiap-tiap butir yang sudah ditentukan bobotnya. Skor tiap-tiap butir sama dengan skor yang dicapai dibagi banyaknya pilihan jawaban kemudian dikalikan dengan bobot masing-masing butir.
Pada contoh lembar penilaian “Lari cepat 100 meter” dengan bobot untuk kelompok starting position = 25%, starting action = 25%, sprinting action = 30%, dan kelompok finishing action 20% dari skor maksimal, bobot tiap-tiap butir sama dengan bobot kelompok itu dibagi dengan jumlah butir, jadi bobot tiap-tiap butir dalam kelompok aspek keterampilan starting position adalah 5%, starting action = 5%, sprinting action = 6%, dan finishing action 4% dari skor maksimal. Oleh karena skor maksimalnya 100 maka bobot tiap-tiap butir dalam kelompok aspek keterampilan starting position adalah 5, starting action = 5, sprinting action = 6, dan finishing action 4. Dengan demikian, skor tiap-tiap butir yang sudah ditentukan bobotnya sama dengan skor butir sebelum ditentukan bobotnya dibagi banyaknya pilihan jawaban dikalikan bobot tiap-tiap butir. Misal: untuk butir nomor 1 dari contoh di atas, skor butir yang sudah ditentukan bobotnya = (2/5) x 5 = 2. Secara lengkap, untuk contoh di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut.

Skor butir =

NO PERNYATAAN SKOR HASIL PENILAIAN SKOR BUTIR
 Starting Position (bobot 25%)
Posisi lutut waktu jongkok
Posisi tangan waktu jongkok
Posisi punggung waktu jongkok
Pandangan mata saat start
Posisi tungkai saat aba-aba siap


 Starting action (bobot 25%)
Gerakan kaki dan tangan saat mulai lari
Posisi lutut saat kaki kiri menolak pada waktu lari dimulai
Kecepatan gerakan kaki kanan setelah kaki kiri digerakkan
Jangkauan ayunan dan ketinggian kaki kanan
Posisi lutut saat kaki kanan mendarat di tanah


Sprinting action (bobot 30%)
Keadaan lutut kaki belakang saat menolak ke depan
Keadaan telapak kaki saat kaki depan menapak ke tanah
Sumber ayunan lengan saat lari
Posisi siku saat lari
Posisi badan saat lari

 Finishing Action (bobot 20%)
Gerakan kaki saat masuk finish
Pandangan mata saat masuk finish
Kecepatan saat masuk finish
Posisi badan saat masuk finish
Kecepatan pelari setelah masuk finish

JUMLAH misalnya 67,6

Ternyata ada perbedaan sedikit antara jumlah skor yang menggunakan bobot dan jumlah skor yang tidak menggunakan bobot. Jumlah skor setelah memperhatikan bobot adalah 67,6. Selanjutnya, apabila batas kelulusan itu 75 maka peserta didik ini dikategorikan belum lulus.
Daftar periksa observasi yang bobot tiap-tiap aspek keterampilannya sama, penskorannya lebih mudah. Untuk contoh daftar periksa observasi “Lari cepat 100 meter” yang butirnya 20 dengan skor tiap-tiap butir 1 untuk jawaban “ya” dan 0 untuk jawaban “tidak” maka skor minimalnya 0 dan skor maksimalnya 20. Ini berarti bahwa peserta didik yang mendapat skor 0 diartikan gagal total, sedangkan peserta didik yang mendapat skor 20 diartikan berhasil secara sempurna.
Khusus untuk contoh di atas, apabila rentang skor yang digunakan 0 sampai dengan 100 maka skor akhir yang diperoleh peserta didik dikalikan dengan 5, yaitu angka konversi dari skor maksimal 20 menjadi skor maksimal 100. Sebagai contoh perhatikan penjelasan berikut.

No Aspek Keterampilan Hasil Observasi Skor Butir
Ya Tidak

Starting Position
Posisi lutut waktu jongkok
Posisi tangan waktu jongkok
Posisi punggung waktu jongkok
Pandangan mata saat start
Posisi tungkai saat aba-aba siap

 Starting action
Gerakan kaki dan tangan saat mulai lari
Posisi lutut saat kaki kiri menolak pada waktu lari dimulai
Kecepatan gerakan kaki kanan setelah kaki kiri digerakkan
Jangkauan ayunan dan ketinggian kaki kanan
Posisi lutut saat kaki kanan mendarat di tanah

 Sprinting action
Keadaan lutut kaki belakang saat menolak ke depan
Keadaan telapak kaki saat kaki depan menapak ke tanah
Sumber ayunan lengan saat lari
Posisi siku saat lari
Posisi badan saat lari


Finishing Action
Gerakan kaki saat masuk finish
Pandangan mata saat masuk finish
Kecepatan saat masuk finish
Posisi badan saat masuk finish
Kecepatan pelari setelah masuk finish


JUMLAH misalnya 13

Jumlah skor hasil pengamatan = 13. Jika digunakan rentang skor 0 sampai dengan 100, maka skor yang diperoleh peserta didik itu adalah 13 x 5 = 65. Selanjutnya, apabila batas kelulusan 75 maka peserta didik ini dikategorikan belum lulus.

Sedikit berbeda apabila tiap-tiap aspek keterampilan itu tidak sama bobotnya. Skor akhir yang dicapai peserta didik sama dengan jumlah skor tiap-tiap butir yang sudah ditentukan bobotnya, sedangkan skor tiap-tiap butir yang sudah ditentukan bobotnya sama dengan skor tiap-tiap butir yang belum ditentukan bobotnya dikalikan dengan bobot masing-masing butir.

Untuk contoh daftar periksa observasi “Lari cepat 100 meter” dengan bobot starting position = 25%, starting action = 25%, sprinting action = 30%, dan finishing action 20% dari skor maksimal, bobot tiap-tiap butir sama dengan bobot kelompok itu dibagi dengan jumlah butir, sehingga bobot tiap-tiap butir dalam kelompok aspek keterampilan starting position adalah 5%, starting action = 5%, sprinting action = 6%, dan finishing action 4% dari skor maksimal. Oleh karena skor maksimalnya sama dengan 20 maka bobot tiap-tiap butir dalam kelompok aspek keterampilan starting position adalah 1 (yaitu : 5/100 x 20 = 1), starting action = 1, sprinting action = 1,2, dan finishing action 0,8. Untuk jelasnya perhatikan penjelasan berikut.

No Aspek Keterampilan Hasil Observasi Skor Butir
Ya Tidak

 Starting Position
Posisi lutut waktu jongkok
Posisi tangan waktu jongkok
Posisi punggung waktu jongkok
Pandangan mata saat start
Posisi tungkai saat aba-aba siap

 Starting action
Gerakan kaki dan tangan saat mulai lari
Posisi lutut saat kaki kiri menolak pada waktu lari dimulai
Kecepatan gerakan kaki kanan setelah kaki kiri digerakkan
Jangkauan ayunan dan ketinggian kaki kanan
Posisi lutut saat kaki kanan mendarat di tanah
 Sprinting action
Keadaan lutut kaki belakang saat menolak ke depan
Keadaan telapak kaki saat kaki depan menapak ke tanah
Sumber ayunan lengan saat lari
Posisi siku saat lari
Posisi badan saat lari


 Finishing Action
Gerakan kaki saat masuk finish
Pandangan mata saat masuk finish
Kecepatan saat masuk finish
Posisi badan saat masuk finish
Kecepatan pelari setelah masuk finish


JUMLAH misalnya 13

Ternyata jumlah skor setelah memperhitungkan bobot juga = 13. Bila digunakan rentang skor 0 sampai dengan 100, maka skor yang diperoleh peserta didik itu adalah 13 x 5 = 65. Selanjutnya, apabila batas kelulusan 75 maka peserta didik ini dikategorikan belum lulus.

Setelah skor tiap-tiap peserta didik diperoleh, langkah selanjutnya adalah menghitung peserta didik yang telah lulus dan peserta didik yang belum lulus, kemudian dibuat persentase, misal: sekitar 70 % peserta didik sudah lulus dalam ujian “lari 100 meter”.

Batas kelulusan 75 dapat dipenuhi secara bertahap. Misalkan, untuk tahun ini batas kelulusan ditetapkan 65, harus ada usaha untuk menaikkan batas kelulusan dari tahun ke tahun sehingga mencapai angka 75.



C. Analisis Hasil Penilaian

Penilaian yang diselenggarakan oleh pendidik mempunyai banyak kegunaan, baik bagi peserta didik, satuan pendidikan, ataupun bagi pendidik sendiri. Secara rinci dapat dijelaskan manfaat penilaian, yaitu:
1. mengetahui tingkat ketercapaian Standar Kompetensi yang sudah dijabarkan ke Kompetensi Dasar.
2. mengetahui pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta didik.
3. mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik.
4. mendorong peserta didik belajar/berlatih.
5. mendorong pendidik untuk mengajar dan mendidik lebih baik.
6. mengetahui keberhasilan satuan pendidikan dan mendorongnya untuk berkarya lebih terfokus dan terarah.

Untuk mendapatkan manfaat seperti yang telah dijelaskan di atas maka perlu dilakukan analisis terhadap hasil tes/penilaian yang telah dicapai oleh peserta didik. Caranya yaitu dengan membuat tabel spesifikasi yang dapat menunjukkan kompetensi dasar, indikator, atau aspek keterampilan mana yang belum dikuasai oleh peserta didik. Selanjutnya, aspek keterampilan yang belum dikuasai itu dituliskan dalam kolom keterangan. Contoh analisis hasil tes dapat dilihat pada tabel berikut.


Tabel 2. Contoh tabel analisis hasil tes

Jenis Sekolah : Sekolah Menengah Atas (SMA)
Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olah raga, dan Kesehatan
Kelas/Semester : X/I
Jenis ujian : Ulangan Harian
Nama Peserta didik : Badar

Kompetensi Dasar Jumlah butir yang diujikan Jumlah butir yang betul Persentase keber- hasilan Penguasaan Keterangan
1.1 Mempraktikkan keterampilan bermain salah satu permainan dan olahraga beregu bola besar serta nilai kerjasama, kejujuran, menghargai, semangat, dan percaya diri 20 12


BL*) Menguasai aspek keteram- pilan dalam menendang bola menggunakan kaki bagian dalam dan punggung kaki, tetapi belum menguasai aspek keterampilan menendang bola menggunakan kaki bagian luar dengan teknik yang benar.

*) BL = Belum Lulus

Berdasar Tabel 2 di atas, tampak bahwa Badar sudah menguasai aspek keterampilan dalam menendang bola menggunakan kaki bagian dalam dan punggung kaki, tetapi belum menguasai aspek keterampilan menendang bola menggunakan kaki bagian luar dengan teknik yang benar. Dengan demikian, guru mengetahui dengan persis aspek keterampilan apa yang belum dikuasai oleh Badar. Berdasarkan hasil analisis inilah guru memberikan bantuan untuk perbaikan prestasi belajarnya melalui program remedi. Hal yang harus diperhatikan adalah peserta didik yang mengikuti remedi harus diberi bantuan/layanan untuk memperbaiki penguasaan aspek keterampilan yang belum dikuasainya. Tidak hanya diuji ulang, tetapi juga harus berlatih kembali untuk dapat mencapai kompetensi psikomotor yang ditetapkan.


D. Laporan Hasil Penilaian

Hasil belajar peserta didik mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh karena itu laporan hasil belajar peserta didik juga harus mencakup ketiga ranah tersebut. Informasi ranah afektif dapat diperoleh melalui kuesioner atau pengamatan yang sistematik. Informasi ranah kognitif dan psikomotor diperoleh dari sistem penilaian yang digunakan untuk mata pelajaran, sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar. Jadi tidak semua mata pelajaran memiliki nilai untuk ranah psikomotor.

Hasil belajar ranah kognitif, psikomotor, dan afektif tidak dijumlahkan, karena dimensi yang diukur berbeda. Masing-masing dilaporkan sendiri-sendiri dan memiliki makna yang sama penting. Ada peserta didik yang memiliki kemampuan kognitif tinggi, kemampuan psikomotor cukup, dan memiliki minat belajar yang cukup. Namun ada peserta didik lain yang memiliki kemampuan kognitif cukup, kemampuan psikomotor tinggi. Bila skor kemampuan kedua peserta didik ini dijumlahkan, bisa terjadi skornya sama, sehingga kemampuan kedua orang ini tampak sama walau sebenarnya karakteristik kemampuan mereka berbeda. Selain itu, ada informasi penting yang hilang, yaitu karakteristik spesifik kemampuan masing-masing individu.

Di dunia ini ada orang yang kemampuan berpikirnya tinggi, tetapi kemampuan psikomotornya rendah. Agar sukses, orang ini harus bekerja pada bidang pekerjaan yang membutuhkan kemampuan berpikir tinggi dan tidak dituntut harus melakukan kegiatan yang membutuhkan kemampuan psikomotor yang tinggi. Oleh karena itu, laporan hasil belajar harus dinyatakan dalam tiga ranah tersebut. Laporan hasil belajar peserta didik untuk setiap akhir semester berupa rapor yang disampaikan kepada orang tua peserta didik. Untuk meningkatkan akuntabilitas satuan pendidikan, hasil belajar peserta didik dilaporkan kepada dinas pendidikan, dan sebaiknya juga dilaporkan ke masyarakat. Laporan ini dapat berupa laporan perkembangan prestasi akademik sekolah yang ditempelkan di tempat pengumuman sekolah.



DAFTAR PUSTAKA


Dave, R.H. (1967). Taxonomy of educational objectives and achievement testing. London: University of London Press.

Edwardes, HN. 1981. Bagaimana membantu orang belajar keterampilan. Padang: FPTK – IKIP Padang.

Goetz, P.W.1981. The new encyclopedi britanica. Vol. 10, 15th. ed. Chicago: William Benton Publisher.

Leighbody, G.B. 1968. Methods of teaching shop and technical subjects. New York: Delmar Publishing

Mills, H.R. 1977. Teaching and training. London: The Macmillan Press, Ltd

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Ryan, D.C. 1980. Characteristics of teacher. A Research study: Their description, comparation, and appraisal. Washington, DC: American Council of Education.

Singer,R.N. 1972. The psychomotor domain: Movement behavior. London: Henry Kimton Publisher.

Tim Peneliti. (2002). Pola induk pengembangan sistem penilaian hasil belajar berbasis kompetensi dasar siswa SMU. Draf laporan penelitian, tidak diterbitkan, Pascasarjana UNY.

Zainul, Asmawi. 2001. Alternative assessment. Jakarta: Proyek Universitas Terbuka