Saturday, December 25, 2010

POTRET SEBUAH KELAS DI JERMAN

Oleh Nikmah Nurbaity SPd


Setelah dua tahun proyek Cyber Classroom atau ruang kelas maya , pembelajaran lewat internet Asia Eropa dilaksanankan di SMA 7 Purworejo, kembali pada tahun 2004 proyek dengan judul NDOLALAK HAMBO terpilih menjadi finalis Cyberclass Asia Eropa dan harus dipresentasikan di Gromitz Jerman pada Konferensi Guru Internasioanl IV .
SALAH satu acara dalam konferensi guru internasional ke V di Jerman tanggal 27 September sampai 1 Oktober 2004 adalah mengunjungi sekolah di Gromitz , sebuah kota kecil sekitar dua jam dengan mobil dari Hamburgh Jerman. Sekolah yang kami ( saya dan Bapak Nur Aziz , SMA 1 Purworejo ) kunjungi adalah Sekolah Dasar di Gromitz. Ada yang sangat berbeda yang menarik sekali untuk saya sampaikan , yang barangkali bisa memberi inspirasi untuk melaksanakan proses belajar mengajar di kelas.

Sebuah sekolah dasar yang kami kunjungi mempunyai bangunan yang sangat tua , dibangun tahun 1800an, tetapi kokoh dan indah. Seorang wanita bercelana jeans , memakai T shirt dan jaket hitam menyambut kami. Ternyata beliau kepala sekolahnya . ( tidak berpakaian dinas atau seragam ). Beliau membawa kami mengelilingi bangunan sekolah . Hal pertama yang menarik perhatian saya ( sambil menahan hawa yang sangat dingin karena suhu 15 derajat celcius ,di Indonesia 29 sampai 32 derajat Celsius rata rata setiap hari ) adalah sebuah arena bermain bagi siswa , ada di samping bangunan sekolah. Arena itu dipakai untuk jam tertentu, berupa sebuah tempat dengan tanah dan pasir, batang batang pohon dan gundukan tanah seperti bukit kecil. Berarti pada saat bermain di tempat itu siswa benar benar bercampur dengan tanah dan alam., natural atau alami sekali. Seperti arena melaksakan OUTBOND , dirancang begitu alami .

Yang ke dua , di sekolah dasar tersebut ada ruang ruang yang mempunyai fungsi sendiri sendiri. Antara lain bengkel kayu. Sebuah ruang penuh dengan alat alat pertukangan seperti bor, obeng, bahan bahan kerja berupa kayu kayu bahkan mesin mesin bubut. Bayangan saya bagaimana siswa Sekolah Dasar bekerja dengan alat lalat tersebut. Ternyata di bengkel itu dipamerkan portofolio anak berupa hasil proyek. Apa yang dibuat para siswa ? mereka membuat mobil mobilan dengan alat alat yang sesungguhnya. Mereka membuat prakarya sesuai umur mereka , seperti membuat mobil dari kayu, meja kecil, bangku mainan dll tetapi mereka belajar menggunakan alat alat pertukangan yang sesungguhnya. Benar benar menunjukkan life skill yang perlu bagi kehidupan. Ada 1 ruang lain kegiatan ketrampilan, siswa siswa membuat keset dari kain. Mereka mrnganyam pilinan kain menjadi keset pintu. Saya sempat heran , di negara semaju Jerman anak anak SD masih diberi pelajaran ketrampilan membuat keset. Di sebelahnya ada ruang computer , anak anak SD kelas satu praktik menggunakan computer satu satu, sangat kontradiktif dengan ruang sebelah untuk membuat keset, mencelup atau mewarnai kain, melukis dan ketrampilan manual lain.


Di ruang yang lain sekelompok siswa kelas dua ada di ruang musik , semua siswa sekitar 20 siswa memegang catatan lagu, guru di tengah memainkan gitar dan mereka menyanyi bersama. Mereka duduk melingkar mengitari ibu guru mereka. Ibu guru yang masih muda bercelana jeans ber T shirt dan duduk di kursi yang agak tinggi memainkan gitar dengan piawai sekali. Sebuah kelas yang indah.

Kami kemudian di ajak mengikuti pembelajaran di kelas, kelas tiga SD. Bel berbunyi, saya dan ibu guru muda yang sangat energik memasuki kelas. Siswa berlarian memasuki kelas. Mereka mengganti sepatu untuk bermain di luar kelas dengan sepatu untuk di dalam kelas. Ada rak sepatu, rak payung dan rak jas hujan di depan masing masing kelas. Siswa masuk dengan tenang urut satu satu ke belakang. Meja dan kursi ditata melingkar tidak urut ke belakang. Setelah semua masuk pada jam 9 pagi waktu itu, ibu guru bahasaJerman waktu itu, segera menyapa siswa kemudian mempersilakan siswa membuka bekalnya. Setiap siswa membuka bekal yang rata rata roti dan minuman jus buah, jus wortel atau jus tomat , kemudian seluruh siswa di kelas makan bekal mereka…. Dengan tenang, tanpa gaduh sama sekali siswa siawa menikmati bekal mereka. Kemudian ibu guru duduk di meja ( bukan kursi ) yang agak rendah dan mulai membacakan sebuah cerita dengan penghayatan yang expressif dan menarik, sementara siswa siswa terus menikmati bekal mereka, tanpa suara, bahkan ketika seorang siswa menumpahkan air minumnya, dia diam berjalan mengambil lap dan mengeringkannya , tanpa membuat gaduh. Selesai bercerita , juga siswa siswa selesai makan bekal mereka, guru bertanya tentang isi cerita dan semua siswa mengacungkan tangan untuk menjawab pertanyaan guru, semua siswa….Ada yang sangat menarik dari suasana kelas seperti tadi, alangkah besarnya budaya mendengarkan orang lain . Tinggi sekali, bahkan untuk siswa kelas dua SD bisa sangat menghargai orang lain berbicara, budaya mendengarkan yang sangat dipatuhi dan dipraktekkan.

Setelah 45 menit , siswa keluar kelas dan berlarian ke halaman , mereka istirahat selama 5 menit kemudian masuk kelas kembali. Pembelajaran bahasa Jerman tadi dilanjutkan kembali. Guru memberi tugas kepada siswa untuk menyalin sebuah cerita dari buku dengan huruf latin. Beberapa siswa ada yang lebih dulu selesai , mereka mendekati guru mengkonsultasikan pekerjaan mereka . Yang aneh saya amati adalah lima siswa yang maju kepada guru itu berbaris rapi ke belakang, tidak merubung guru bersamaan, mereka berdiri berbaris ke belakang satu satu, budaya antri yang sangat tinggi. Siswa yang sudah selesai diberi hadiah tugas yang yang santai : mewarnai gambar, sementara yang lain masih menyelesaikan menyalin cerita. Anak anak yang cerdas tadi selesai juga mewarnai gambar, dan mreka diberi kartu kartu bermain bahasa , permainan tetapi tentang bahasa. Maka dalam satu kelas ada tiga jenis kegiatan, anak yang agak pelan menyelesaikan tugas utama , menyalin cerita dengan huruf latin, yang lebih cepat selesai diberi hiburan mewarnai gambar, dan yang kelompok cepat , bermain kartu kosa kata . Siswa dengan bebas tapi edukatif sekali menikmati pembelajaran di kelas. Dan guru memberikan peluang kepada siswa untuk maju sesuai kecepatan masing masing.

Ruang kelas dua tadi dindingnya dipenuhi tugas tugas siswa ( portofolio ). Hasil kerja siswa dari tugas yang sederhana sekali seperti menulis abjad, membuat tiruan binatang dari kertas ditempel wool, salinan sebuah puisi dengan tulisan yang masih lucu dan masih banyak lagi terjajar didinding kelas. SEbelah samping dan bagian belakang kelas terdapat rak rak yang penuh buku tugas anak anak, mereka mengatakannya proyek dan juga peralatan pembelajaran seperti kartu, balok huruf, tiruan makanan, buku buku pelajaran ,peta , dan lain lain.Saya meningglakan kelas dua setelah 45 menit ke dua berakhir, dan siswa siswa kembali istirahat


Ada yang sangat berbeda dengan sekolah di tempat kita untuk anak SD, mereka beristirahat setiap 45 menit. Pelajaran mulai jam 08 00, berjalan 45 menit istirahat 5 menit, berjalan lagi 45 menit , istirahat ke dua 10 menit, pelajaran lagi 45 menit , istirahat lagi 15 menit dan masuk lagi 45 menit. Ketika saya bertanya mengapa mereka istirahat setiap 45 menit? Jawab nya karena siswa usia SD tidak bisa dipaksakan konsentrasi untuk waktu yang lama, mereka punya daya konsentrasi yang pendek

Siswa tidak mengenakan seragam, juga guru dan kepala sekolah. Karena saat itu akhir musim panas an awal musim gugur, cuaca cukup dingin apalagi bagi saya , suhu berkisar 6 sampai 15 derajat celcius, anak anak bersekolah dengan celana jeans atau kanvas, atau coudory ber T shirt warna warni, merah, hijau merah jambu, putih , hitam dan bersweater.

Kita tidak mungkin menerapkan itu semua di sini tentu saja, karena alam , lingkungan, budaya kita berbeda. Tetapi melihat bagaimana mereka belajar dengan santai, tertib, sederhana , mendasar, sekaligus lengkap, canggih dan ternyata sudah sangat bermakna, memang menjadi pertanyaan sendiri bagi kita, ada apa dengan pendidikan di tempat kita.

Dari pembelajaran di kelas tadi ternyata ada yang sangat berbeda, ketika siswa diminta makan bekal dan mendengarkan cerita, kegiatan ini sekilas hanya begitu saja , tetapi ternyata memaksimalkan kerja otak kanan dan kiri. Yang mngherankan juga kemudian ketika ditanya pendapat tentang cerita itu, semua siswa tak terkecuali mengacungkan tangan serempak ingin menjawab pertanyaan guru. Bayangan saya karena mereka mendengarkan cerita sambil makan , bayanagn saya mereka tidak bisa menjawab pertanyaan guru. Ternyata saya salah. Istirahat setiap 45 menit juga bukan kebijakan main main, mereka sudah perhitungkan benar kemampuan siswa SD untuk mencapai hasil maksimal. Fasilitas sekolah dengan alat pertukangan lengkap, ruang ketrampilan yang bervariasi, ruang computer, ruang musik , memang merupakan situasi yang sangat kondusif untuk pembelajaran. Berpakaian yang memberikan kebebasan barangkali juga benar benar memberikan suasana tanpa harus sama dengan yang lain, menerima keberbedaan karena kita pada hakekatnya memang tidak sama, justru karena kita masing masing berbeda itulah kita bisa eksis sebagai sebuah masyarakat.Budaya antri di dalam kelas sangat terjunjung tinggi , meletakkan dasar yang kuat nanti dalam bermasyarakat, budaya mendengarkan yang sangat mengagumkan. Pendidikan yang saya yakin mampu menciptakan manusia manusia yang sesunguhnya.

Mudah mudahan dapat menjadi inspirasi untuk pembelajaran yang kita laksanakan di kelas, bukan diterapkan apa adanya karena akan banyak benturan budaya dan aturan, tetapi kita lihat sebagai wacana yang barangkali bisa mengubah sedikit gaya pembelajaran kita untuk menyiapkan anak didik tidak hanya dengan ilmu tapi kemampuan dan kecerdasan majemuk yang sangat diperlukan untuk masa depan mereka.

2 comments: