Friday, December 24, 2010

SENSE OF CONTRIBUTION

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan faktor penting dalam pembangunan bangsa kita, tetapi kenyataan yang kita hadapi sekarang adalah pendidikan di Indonesia masih jauh dari harapan. Hasil survey yang ditunjukkan UNDP ( United Nation of Development Programe ) tahun 2000 tentang indeks kualitas manusia negara-negara didunia, meletakkan Indonesia pada urutan rangking bawah, demikian juga pendidikan secara umum, dibanding 12 negara ASEAN yang lain, Indonesia menempati peringkat terakhir.
Pemerintah, bagaimanapun juga telah melaksanakan dan memberlakukan kebijakan-kebijakan untuk mengoptimalkan pemberdayaan dan peningkatan bidang pendidikan. Kurikulum baru, pelatihan dan sosialisai kurikulum baru, berbagai blockgrant kesekolah, seperti Bantuan Operasional Manajemen ( BOM ), Bantuan Imbal Swadana (BIS ) juga bantuan dalam bentuk lain seperti bantuan khusus murid dan bantuan operasional sekolah, serta berbagai kebijakan lain seperti Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD ), Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah ( MPMBS ), Broad Based Education ( BBE ) dan beberapa kebijakan baru lainnya merupakan upaya nyata pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Usaha-usaha pemberdayaan atau empowerment di bidang pendidikan tersebut harus dilaksanakan di satuan pendidikan atau sekolah sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan di lapangan. Sekolah adalah intuisi yang langsung menangani pendidikan peserta didik, bersentuhan langsung dengan peserta didik. Untuk itu sekolah diaharapkan mampu merespon kebijakan pemerintah dengan sebaik-baiknya untuk mampu mewujudkan tujuan nasional, meningkatkan pendidikan di negara kita.
Kemampuan tiap sekolah untuk melaksanakan berbagai kebijakan pemerintah tidak sama. Sering terjadi perbedaan yang mencolok antar sekolah. Kemampuan ini sering dihubungkan dengan mutu atau kualitas sekolah. Ada sekolah-sekolah yang bermutu sangat baik, baik, sedang atau kurang. Sekolah-sekolah yang berkualitas baik adalah sekolah efektif yang mampu melaksanakan program sekolah sesuai dengan kebijakan pemerintah di bidang pendidikan.
SMA Negeri 11 Purworejo, sebagai sekolah baru yang didirikan tgl 27 Juni 2005 dan saat ini memasuki tahun ke 2 adalah sekolah yang termasuk berkualitas kurang. Dilihat dari sarana prasarana pendukung pembelajaran, sekolah SMA Negeri 11 Purworejo ini masih sangat jauh dari baik. Untuk mampu melaksanakan program pemerintah di bidang pendidikan tentu saja sangat dibutuhkan kerja keras, komitmen tinggi serta dukungan dan peran serta seluruh warga sekolah. Hal ini seperti kutipan beberapa pendapat guru, masyarakat dan siswa di SMA Negeri 11 Purworejo.
“ Kami menyekolahkan anak kami di SMA 11. Kami mempercayakan pendidikan anak kami disini. Hanya saja kami melihat SMA ini masih sangat membutuhkan sarana prasarana untuk bisa mengoptimalkan belajar siswa. Kami bisa membantu sesuai kemampuan kami”. ( Ibu Eko Yuniati wali murid kelas XI )
“ Saya mempunyai gagsan ingin mengajarkan materi kepada siswa dengan berbagai teknik tetapi saya tunda dulu Bu. Saya kemudian melaksanakan pembelajaran dengan sarana yang ada”.( Dra Intarti, guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 11 Purworejo )
“ Pendaftar SMA 11 Purworejo banyak sekali. Tahun ini menolak 200 siswa. Prospek untuk berkembang sangat baik. SMA 11 harus mampu mengembangkan diri”. (Drs. Sukino, Ketua Komite SMA 11 Purworejo )
“ Bu, supaya sekolah kita cepat maju, bagaimana ya bu ?Langkah apa yang harus kita lakukan ?Saya ingin sekolah kita berkembang seperti sekolah yang lain”.
( Yudi, Ketua OSIS SMA 11 Purworejo )
Kutipan pendapat tersebut menggambarkan keinginan untuk mengembangkan SMA 11 yang masih sangat baru dan masih sangat terbatas segala sesuatunya untuk berkembang menuju sekolah efektif. Tuntutan masyarakat, harapan siswa dan guru serta diberlakukannya berbagai kebijakan pemerintah dibidang pendidikan itulah yang melatarbelakangi dilaksanakannya model pengelolaan sekolah dengan Sense of Contribution atau semangat memberi di SMA Negeri 11 Purworejo.

B. Permasalahan.
Berdasarkan latar belakang permasalahan, dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
Bagaimana mengoptimalkan peran serta stake holder sekolah untuk mengembangkan sekolah menuju sekolah efektif dalam rangka pelaksanaan MPMBS ?
C. Analysis Penyebab Timbulnya Masalah
• Warga sekolah tidak mengetahui program sekolah dengan baik.
• Warga sekolah tidak memahami rencana dan strategi sekolah.
• Warga sekolah tidak seluruhnya dilibatkan dalam penyusunan program sekolah.
• Warga sekolah kurang peduli dengan kemajuan yang ingin dicapai sekolah.
• Warga sekolah tidak diberikan ruang gerak untuk memberikan sumbangan gagasan maupun riil kepada sekolah.
• Warga sekolah tidak tahu cara bagaimana cara memberikan sumbangan baik gagasan maupun riil kepada sekolah.
• Sekolah kurang memberikan penghargaan kepada warga sekolah yang telah secara nyata memberikan sumbangan kepada sekolah.



D. Alternatif Pemecahan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah dan penyebab timbulnya masalah, dicari alternatif terbaik sesuai kewenangan dan kemampuan dengan memperhatikan kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman ( strength, weakness, opportunities dan threat, SWOT ). Dari beberapa alternatif, yang paling memungkinkan untuk dilaksanakan di SMA Negeri 11 Purworejo sebagai USB dengan fasilitas yang masih sangat terbatas adalah : SENSE OF CONTRIBUTION atau semangat memberi.
Alternatif ini dikatakan berhasil dengan indikator :
1. Proses belajar mengajar berjalan dengan lancar
2. Kinerja guru dan staf meningkat
3. Sumbangan berupa gagasan meningkat dari semua unsur warga
4. Sumbangan berupa waktu meningkat
5. Sumbangan riil dari warga sekolah meningkat
6. Terpenuhinya sarana prasarana minimal untuk proses belajar mengajar
7. Keterlibatan semua warga sekolah meningkat
8. Tanggung jawab semua warga sekolah meningkat











BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Landasan Teori
A.1. Sense of Contribution
Sense of Contribution diartikan semangat untuk memberi. Sense of Contribution merupakan kebutuhan mendasar manusia. David Irvine ( 2001 ) menjelaskan ,” Developing Sense of Contribution is a basic human need. We are born with a basic instinct to contribute. There is a basic drive within the human species to strive for contribution. It maybe a survival instinct and yet it seems there is universal force that drives us all forward a sense of contribution. Contribution lies at the heart of motivation. When employees have sense of contribution, motivation is rarely an issue, and when employees don’t have a sense of contribution, motivation is always a problem”.
David Irvine menjelaskan bahwa mengembangkan semangat memberi adalah kebutuhan dasar manusia. Manusia lahir dengan insting dasar untuk memberi. Ada dorongan insting manusia khusus untuk memberi. Insting ini nampaknya untuk mempertahankan diri dan nampaknya ada kekuatan universal yang mendorong kita semua ke semangat memberi. Sifat suka memberi terletak dihati motivasi. Ketika pekerja mempunyai semangat memberi, motivasi jarang menjadi masalah, dan ketika pekerja tidak mempunyai semangat memberi motivasi akan selalu menjadi masalah.
Sense of Contribution merupakan kebutuhan manusia sesuai Maslow’s hierarchy of needs atau piramida kebutuhan Maslow, dimana manusia mempunyai 5 kebutuhan dari kebutuhan biologis, keamanan, cinta/rasa memiliki, penghargaan diri dan aktualisasi diri. Piramida Maslow menempatkan sense of contribution di 3 tingkat dari kebutuhan yaitu kebutuhan rasa memiliki, penghargaan diri dan aktualisasi diri. Wikipedia the free encyclopedia menjelaskan sense of contribution adalah motivasi seseorang untuk memenuhi 3 kebutuhan tersebut ( motivation and Personality ,1987 )

A.2. Sekolah Efektif
Sekolah disebut efektif jika sekolah tersebut mampu mencapai apa yang direncanakan. Pengertian umum sekolah efektif juga berkaitan dengan perumusan apa yang harus dikerjakan dan apa yang telah dicapai atau apa yang telah dirumuskan untuk dikerjakan dengan hasil yang dicapai oleh sekolah. Dan sebaliknya sekolah dikatakan tidak efektif apabila hubungan 2 faktor tersebut rendah.
David A Squires et.al. (1983 ) merumuskan ciri-ciri sekolah efektif yaitu : (1) adanya standar disiplin yang berlaku bagi kepala sekolah, guru, siswa dan karyawan disekolah; (2) memiliki suatu keteraturan dalam rutinitas kegiatan dikelas; (3) memiliki standar prestasi yang tinggi; (4) siswa diharapkan mampu mencapai tujuan yang telah diharapkan; (5) siswa diharapkan lulus dengan menguasai pengetahuan akademik; (6) adanya penghargaan bagi siswa yang berprestasi; (7) siswa berpendapat kerja keras lebih penting dari pada factor keberuntungan dalam meraih prestasi; (8) para siswa diharapkan mempunyai tanggung jawab yang diakui secara umum dan (9) kepala sekolah mempunyai program inservice, pengawasan, supervisi serta menyediakan waktu untuk membuat rencana bersama-sama dengan guru dan memungkinkan adanya umpan balik demi keberhasilan prestasi akademiknya.
Bosker dan Guldemon (1991) menjelaskan bahwa mengembangkan sistem sekolah efektif, harus memandang sekolah sebagai suatu sistem yang menyangkut banyak aspek baik input, proses, output dan outcome serta tatanan yang ada. Konteks meliputi kebutuhan masyarakat, lingkungan sekolah dan kebijakan pendidikan. Input meliputi semua sumber daya dan kualitas guru, proses meliputi iklim sekolah dan kurikulum, output meliputi hasil belajar dan pencapaian keseluruhan dan outcome meliputi kesempatan kerja dan penghasilan.


A.3. MPMBS
Pengertian Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah menurut Malen Oyam & Kranz ( 1990:1) adalah suatu perubahan formal struktur penyelenggaraan, sebagai suatu bentuk desentralisasi yang mengidentifikasikan itu sendiri sebagai unit utama peningkatan serta bertumpu pada redistribusi pembuatan keputusan sebagai sarana penting yang dengannya peningkatan dapat didorong dan ditopang.
Perubahan mendasar terjadi dalam penerapan MPMBS. Ada perbedaan yang mencolok yang mencakup : sekolah itu sendiri sebagai unit pembuat keputusan, pengembangan kolegial, lingkungn yang partisipatoris antara siswa dan staf, penempatan waktu yang fleksibel, personalisasi lingkungan sekolah yang meningkat dengan suatu atmosfer kepercayaan bersama, pengharapan yang tinggi dan rasa kejujuran, suatu kurikulum yang terfokus pada suatu pemahaman para siswa tentang apa yang mereka pelajari dan mengetahui kenapa dan juga bagaimana serta penekanan pada kemampuan tertib berpikir yang lebih tinggi bagi semua siswa. (Michael 1988:2)

B. Kerangka Berpikir

Dalam rangka mewujudkan sekola efektif seiring pelaksanaan MPMBS, seperti yang digambarkan secara komprehensif oleh Edward Heneveld (1992) yang mengungkapkan indicator berupa 16 faktor yang berkenaan dengan sekolah efektif yaitu (1) dukungan orang tua siswa dan lingkungan, (2) dukungan yang efektif dari system pendidikan, (3) dukungan materi yang cukup, (4) kepemimpinan yang efektif, (5) pengajaran yang baik, (6) fleksibilitas dan otonomi, (7) waktu yang cukup disekolah, (8) harapan yang tinggi dari siswa, (9) sikap positif dari para guru, (10) peraturan yang disiplin, (11) kurikulum yang terorganisir, (12) adanya penghargaan dan insentif, (13) waktu pembelajaran yang cukup, (14) Variasi strategi pengajaran, (15) frekuensi pekerjaan rumah, (16) penilaian dan umpan balik sesering mungkin perlu dilakukan upaya serius untuk mengoptimalkan peran serta seluruh warga sekolah untuk mewujudkan sekolah efektif.
Pelaksanaan managemen peningkatan mutu berbasis sekolah berarti sekolah mendapatkan kebebasan sekaligus tanggung jawab untuk memberdayakan dirinya sendiri. Tanpa dukungan, partisipasi dan peran serta seluruh warga sekolah peningkatan mutu berbasis sekolah untuk mewujudkan sekolah efektif tidak mungkin terlaksana dengan baik.
Sekolah merupakan intuisi yang didalamnya terdapat komponen guru, siswa dan staf administrasi, yang masing-masing mempunyai tugas tertentu dalam melancarkan program, didukung oleh partisipasi orang tua dan masyarakat, untuk bias mewujudkan visi misi dan tujuan sekolah.
Adalah tantangan bagi setiap sekolah untuk mampu melibatkan secara maksimal seluruh warga sekolah untuk berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan program-program sekolah. Sense of Contribution atau semangat memberi yang dilaksanakan SMA 11 diyakini mampu melibatkan seluruh warga sekolah untuk berpartisipasi aktif dalam mewujudkan program sekolah. Dengan semangat memberi warga sekolah akan terlibat langsung, ikut peduli, ikut bertanggung jawab dan ikut merasa memiliki perkembangan yang dilaksanakan dan dicapai sekolah.
Sense of Contribution yang dikembangkan disekolah, hakikatnya adalah memberi kesempatan kepada semua warga sekolah untuk bisa memberikan sesuatu sesuai kemampuan baik berupa gagasan, keterlibatan, perhatian, waktu dan material demi kemajuan sekolah. Dengan “memberi” warga sekolah menjadi terlibat, ikut memiliki dan memikirkan kemajuan sekolah. Sense of Contribution juga merupakan kebutuhan warga sekolah untuk mengaktualisasikan diri.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Sense of Contribution di SMA 11 Purworejo
SMA 11 sebagai sebuah sekolah baru dengan fasilitas yang sangat terbatas telah menjalankan proses belajar mengajar sejak tahun ajaran 2005-2006 dan saat ini 2006-2007. Jumlah siswa terdiri dari 6 rombongan belajar, 3 rombongan belajar kelas X, dan 3 rombongan belajar kelas XI, Animo pendapatan tahun ajaran 2006-2007 sejumlah 317 siswa dan diterima hanya 120 siswa untuk 3 rombongan belajar. Guru berjumlah 16 orang dan Tata Usaha serta karyawan 11 orang.
SMA 11 terletak di desa Butuh, kecamatan Butuh Purworejo di areal tanah seluas 1 hektar. Bangunan dari pemerintah sebagai USB terdiri dari 1 ruang administrasi, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang laboratorium dan 1 ruang perpustakaan serta 3 ruang kelas. Pagar sekolah baru bagian depan. Dengan fasilitas terbatas seperti itu, sedangkan proses belajar mengajar harus dilaksanakan, maka usaha dan kerja keras dari seluruh stake holder sekolah sangat dibutuhkan untuk mengembangkan SMA Negeri 11 Purworejo menjadi sekolah efektif.
Sense of Contribution atau semangat memberi inilah yang sekarang dilaksanakan sebagai budaya untuk mengelola SMA 11 Purworejo. Kecenderungan setiap manusia sejak lahir adalah salah satunya kemauan untuk memberi. Manusia sebagai mahluk sosial mempunyai insting dasar untuk memberi. Seperti yang digambarkan dalam Maslow’s Hierarchy of need atau piramida kebutuhan menurut Maslow, Sense of Contribution merupakan kebutuhan berkelompok atau memiliki sebuah komunitas, kebutuhan penghargaan diri dan kebutuhan aktualisasi diri.
Pemberlakuan Sense of Contribution di SMA 11 Purworejo, memanfaatkan insting dasar dan kecenderungan manusia dalam hal ini warga sekolah/stake holder sekolah, untuk dikelola dengan baik untuk mengembangkan sekolah yang masih baru. Pengelolaan Sense of Contribution yang dilaksanakan dengan baik ternyata memberikan akibat positif yang sangat dibutuhkan oleh sekolah.
Sense of Contribution berarti juga motivasi. Sense of Contribution yang dilaksanakan dengan baik pada hakikatnya adalah pengembangan dan penanaman motivasi yang tinggi. Dikatakan bahwa Sense of Contribution adalah jantungnya motivasi, dengan semangat memberi yang disadari dan dilaksanakan oleh seluruh stake holder sekolah, motivasi tidak lagi menjadi masalah.

B. Contribution of Ideas
Bentuk keterlibatan semua warga sekolah di SMA 11 dikembangkan dengan contribution of ideas. Sumbangan ide, gagasan atau pendapat. Setiap warga sekolah mempunyai hak dan kewajiban memberikan ide, gagasan atau pendapatnya baik lisan, tertulis maupun langsung tak langsung.
Pelaksanaan kebijakan sekolah MPMBS yang salah satu kriterianya bahwa sekoalh diberi kekuasaan sebagai pengambil keputusan disekolah itu sendiri, sangat tergantung pada dukungan dan peran serta setiap warganya untuk menyumbangkan ide/gagasan dan pendapatnya.
Mekanisme Contribution of Ideas
a. Untuk Siswa
Siswa merupakan subyek dalam pembelajaran di sekolah dan merupakan unsur yang sangat penting dalam pengelolaan sekolah menuju sekolah efektif. Segala kegiatan di sekolah berujung pada kepentingan siswa. Dalam Contribution of Ideas, siswa diberi ruang, tempat, wadah dan kesempatan untuk menyampaikan gagasan dan pendapatnya. Beberapa cara ditempuh untuk menggali pendapat/gagasn siswa :
• Lewat rapat MPK ( Musyawarah Perwakilan Kelas )
• Lewat kotak saran/pendapat
• Lewat rapat OSIS
• Lewat majalah dinding
• Lewat guru BP
• Lewat wali kelas
• Langsung kepada Kepala sekolah


b. Untuk Guru
Guru memegang peranan penting dalam pengelolaan sekolah menuju sekolah efektif, karena guru langsung bersentuhan dengan siswa sebagai subyek didik di sekolah. Guru memahami kebutuhan siswa dalam belajar. Guru juga memahami kebutuhan guru sendiri dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Cara guru menyampaikan gagasan dan pendapatnya :
• Lewat rapat / pertemuan koordinasi sekolah setiap hari senin
• Lewat rapat mendadak karena urgensinya
• Lewat wakil kepala sekolah
• Lewat kotak saran
• Langsung kepada kepala sekolah baik formal ataupun informal
c. Untuk Wakil Kepala Sekolah
Pembantu kepala sekolah di bidang yang berbeda adalah Wakil Kepala Sekolah. Hal-hal tekhnis merupakan tanggung jawab Wakil Kepala Sekolah. Ada 4 Wakil Kepala Sekolah, masing-masing satu , untuk bidang kurikulum, kesiswaan, sarana dan humas. Contribution of Ideas oleh Wakil Kepala Sekolah. sering sekali dilakukan dengan koordinasi singkat dan briefing yang jadwalnya sangat tidak tertentu, karena sering berdasarkan “urgensi” nya masalah, atau saat situasi tidak formal dalam pertemuan tetapi langsung kepada Kepala Sekolah setiap saat, atau lewat rapat koordinasi umum tiap hari Senin.
d. Orang Tua Siswa atau Komite
Gagasan dan usul serta pendapat dari komite sangat bermanfaat bagi pengelolaan SMA 11. Komite memberikan gagasan dengan beberapa cara: lewat rapat komite, lewat pengurus komite, lewat siswa, lewat guru, atau bahkan langsung kepada Kepala Sekolah. Kritik dan saran dari komite disampaikan baik dengan tulisan atau langsung lisan ketika rapat pleno komite.
e. Masyarakat Sekitar
Sekolah memberikan kesempatan kepada masyarakat sekitar untuk menyumbangkan idenya demi kemajuan sekolah.Peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan pendidkan agar kondisi sekolah dapat memenuhi pelayanan standar minimal ( Departeman Pendidikan Nasional , 2003: 35)
f. Staf dan Karyawan
Staf dan karyawan diberi keleluasaan yang sama dengan warga sekolah lain untuk ikut serta memberikan gagasan dan usul dalam membangun sekolah, tentu saja sesuai kapasitas dan kemampuan mereka . Contoh sumbang saran mereka adalah menanam bunga di halaman, meletakkan bak sampah di posisi yang bagus menurut mereka, mengatur jadwal kerja antar staf dan lainnya.

g. Dinas Pendidikan dan Dinas Lain serta Pemda
Pemerintah daerah dan dinas pendidikan serta dinas lain memberikan gagasan, usul dan saran ke SMA 11 dalam berbagai pertemuan baik formal maupun tidak formal.



h. Kepala Sekolah
Sebagai pimpinan sekolah, tugas kepala sekolah yang sering dijabarkan dalam EMASLIM mengharuskan kepala sekolahmempunyai dan selalu mencari gagasan demi majunya sekolah.C.A Weber mengatakan bahwa kepala sekolah harus mampu mempengaruhi oarng lain untuk bergerak mencapai tujuan sekolah ( Indrafachrudi: 1993;11) Penyampaian gagasan kepala sekolah dapat dilakukan dalam rapat koordinasi tipa Senin, dalam upacara bendera, rapat koordinasi terbatas, melalui majalah dinding , surat edaran kepada siswa dan lain lain.

Contoh gagasan gagasan dari siswa, guru, staf, masyarakat, komite Dinas Pendidikan dan kepala sekolah di SMA 11 Purworejo
Oleh siswa:
- Perlu diadakan aturan pelanggaran tata tertib sekolah
- Perlu seragam identitas sekolah
- Warna kaos olah raga yang cerah
- Mengadakan sholat gaib untuk korban tsunami
- Mengadakan buka bersama siswa dan guru
- Memilih lokasi kemah alih golongan
- Memilih lokasi kegiatan pecinta alam
Oleh guru dan karyawan
- Perlu tempat parkir untuk siswa
- Perlu pasir urug untuk halaman sekolah
- Perlu membuat pagar sekolah
- Perlu membuat kantin sekolah
- Perlu menanam tanaman pelindung dan peneduh
- Perlu perumusan tata tertib sekolah
- Perlu pengadaan alat batu pembelajaran yang memadai dan murah
- Perlu silaturahmi keluarga
Oleh Komite dan masyarakat :
- Perlu meningkatkan kinerja guru
- Menentukan besarnay uang sumbangan sekolah
- Perlu menambah fasilitas sekolah sesuai prioritas
- Perlu meningkatkan penguasaan Bahasa Inggris siswa
- Perlu mengadakan fasilitas computer untuk pembelajaran
- Perlu sosialisasi tata tertib siswa
- Perlu memberitahu orang tua siswa tentang kegiatan sekolah
Oleh kepala sekolah:
- Perlu menetapkan visis misi dan tujuan sekolah bersama
- Perlu disusun budaya sekolah atau school culture
- Perlu dirumuskan renstra jangka pendek, menengah dan jangka panjang
- Perlu disusun program kerja masing masing bidang
- Perlu diadakan sosialisasi kebijakan pendidikan terbaru
- Perlu diadakan papan pamer portofolio siswa
Oleh Dinas Pendidkan dan PEMDA :
- Perlu koordinasi rutin antara sekolah dengan dinas
- Perlu membuat brand atau keunggulan sekolah
- Perlu prioritas pengadaan fasilitas
- Perlu secara maksimal mengoptimalkan potensi sekolah
- Perlu menentukan dan mengambil keputusan secara mandiri
- Perlu akuntabilitas dalam melaksanakan program sekolah
Dan berbagai gagasan lain yang diarahkan demi kemajuan SMA 11 Purworejo.

C. Cntribution of Time
Kecenderungan guru guru SMA adalah bertanggung jawab penuh dan berada di sekolah hanya pada saat mengajar di kelas, setelah mengajar beban dan tanggung jawab mereka seolah lepas dan selesai. Guru biasanya menggunakan waktu selain mngajar untuk kepentingan pribadi seperti belanja, pulang ke rumah atau mengerjakan sesuatu di luar sekolah untuk mencari tambahan penghasilan.
Pelaksanaan Sense of Contribution di SMA 11 yang ke dua adalah contribution of time, atau sumbangan waktu. Di setiap koordinasi dengan guru kepala sekolah menekankan pentingnya contribution of time. Waktu idsekolah seharusnya dimanfaatkan semaksimal mingkin untuk bekerja mengembangkan sekolah. Kalimat kunci contribution of time di SMA 11 Purworejo adalah :
SMA 11 Purworejo tidak akan pernah berkembang
Kalau semua guru bermental : habis mengajar, pulang.
Sekolah baru sangat membutuhkan waktu dari semua stake holder sekolah. Karena waktu di sekolah selain mengajar, bias dimanfaatkan untuk mengembangkan apapun demi sekolah. Contoh contribution of time oleg guru guru : membantu siswa menyelesaikan tugas di sekolah, membimbing kegiatan ekstra kurikuler, menunggu siswa mempersiapkan berbagai kegiatan di sekolah, melaksanakan kegitan tambahamn pembelajaran, koreksi hasil ulangan siswa, merancang kegiatan bersama guru lain atau siswa dan lain lain.

D. Contribution of material
Sebagai sekolah baru dengan fasilitas terbatas, sumbangan materiil dan tenaga sangat dibutuhkan di sekolah. Ketrebatasan membuat setiap warga sekolah benar benar melaksanakan sense of contribution. Keterlibatan memaksa mendorong guru dan siswa serta komite untuk bersama sama memeberikan materiil dan tenaga ke sekolah. Contoh yang sudah dilakukan di sekolah antara lain
- Guru guru dibantu 2 tukang batu membuat tempat parkir siswa. Pengerjaan dilakukan sore hari dan hari libur.Dana bias dihemat dengan mengadakan tempat parkir sendiri
- Membuat papan white board untuk kelas sendiri. Guru yang terampil dan mampu , mebuat sendiri 6 buah papan white board untuk kelas
- Membuat sendiri podium upacara untuk kepala sekolah
- Membuat taman sederhana sendiri, bunga bunga dibawa oleh siswa dan guru untuk menghias halaman sekolah.
- Membuat pagar sederhana untuk halaman sekolah
- Membawa organ untuk mengiringi setiap upacara hari Senin karena sekolah belum mampu membeli sendiri.
- Membawa alat seperti tikar dan geber untuk kegiatan siswa
- Dan lain lain yang sangat mendukung pelaksanaan kegiatan di sekolah.
E. Contribution of care and concern
Yang tidak kalah pentingnya dalam sense of contribution adalah contribution of care and concern, memberi kepedulian dan perhatian. Setiap stake holder sekolah harusnya memberi perhatian dan kepedulian terhadap setiap kegiatan di sekolah. Program sekolah tidak akan bias berjalan optimal apabila di sekolah tercipta keegoisan kelompok atau perorangan. Kerja sama dan saling memperhatikan merupakan kunci suksesnya program sekolah. Saling membantu, memberikan perhatian, ikut terlibat dan ikut mendukung merupakan bukti sense of contribution di SMA 11 Purworejo

Pelaksanaan sense of contribution dengan berbagai contoh diatas dilaksanakan di SMA 11 Purworejo ternyata mampu memberikan sumbangan yang signifikan untuk mengembangkan sekolah di tahun tahun pertama. Kemajuan terlihat berangsur naik, tidak bias melompat cepat karena tidak mungkin mengembangkan sekolah seperti hanya membalikkan telapak tangan dan menyulap segala keterbatasan menjadi sempurna dalam hitungan bulan. Diperlukan proses yang panjang, tetapi pasti ada pertumbuhan, perkembangan ke arah yang lebih baik.








BAB IV
PENUTUP
A. SIMPULAN
Pelaksanaan sense of contribution di SMA Negeri 11 Purworejo memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan sekolah yang masih sangat baru. Kinerja dan motivasi stake holder sekolah terlihat secara nyata meningkat . Keterlibatan , keikut sertaan dan partisipasi semua warga sekolah dengan kapasitas masing masing membuat situasi dan kondisi di sekolah sangat kondusif untuk mengembangkan sekolah. Pelaksanaan sense of contribution pada hakekatnya juga memberikan kesempatan stake holder sekolah untuk mengaktualisasikan diri. Menurut piramida kebutuhan Maslow , sense of contribution bias memenuhi kebutuhan manusia untuk cinta dan berkelompok, untuk penghargaan diri dan aktualisasi diri. Untuk pelaksanaan MPMBS dalam mengembangkan sekolah menuju sekolah efektif, sense of contribution secara nyata sangat diperlukan

B. SARAN
Mengembangkan sekolah efektif dalam rangka pelaksanaan MPMBS memerlukan peran serta dan dukungan seluruh warga sekolah. Program program sekolah akan terlaksana secara optimal hanya dengan partisipasi aktif dan komitmen tinggi dari seluruh siswa, guru, karyawan, kepala sekolah dan komite sekolah. Sense of Contribution sangat bagus diterpakan di sekolah sekolah, digabung dengan model pengelolaan sekolah yang lain. Kepala sekolah hendaknya mampu memberi ruang untuk seluruh stake holder sekolah untuk memberi sumbangan , bantuan dan dukungan baik gagasan, waktu, tenaga, pikiran , perhatian maupun material dalam proses pengembangan sekolah. Sense of contribution memberikan kesempatan itu semua dalam melaksanakan program program sekolah. Mudah mudahan pelaksannan sense of contribution bias meningkatkan mutu pendidkan secara khusus di sekolah kita dan umumnya di Indonesia.
















DAFTAR PUSTAKA

Indrafachrudi, Soekarto Drs1993, Mengantar Bagaimana Memimpin Sekolah yang Baik. Ghalia Indonesia

Departeman Pendidikan Nasional 2003 Pedoman Penyusunan Pelayanan Penyelenggaraan Persekolahan Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas Jakarta

Departemen Pendidkan Nasional ,2000 Panduan Pelatihan Untuk Pengembangan Sekolah. Depdiknas Jakarta

Abu- Duhou, Ibtisam , 2002 School Based Management Wacana Ilmu dan Pemikiran
Departemen Pendidikan Nasional 1999.Panduan Manajemen Sekolah Depdiknas Jakarta

www.balancecoaching.com leading others, self and carrer
www.en wikipeida.org/wiki . Maslow's hierarchy of needs
Saskatchewan Soil Conservation Association 2005 . The Three Cornerstones of a Sustainable Family Business

No comments:

Post a Comment